Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 23


Chapter 23: Kencan di Akuarium (Bagian 4) 


 "K-kita bertemu di sini juga secara kebetulan, jadi kupikir kenapa tidak?"  (Azusa)

 "...... Eh."  (Rintaro)

 Mungkin merasakan bahwa aku sedang mengulur-ulur jawabanku, Kakihara segera melangkah maju.

 Dia kemudian meletakkan tangannya di bahu Nikaido dan melihat dia dan aku secara bergantian.

 "Azusa, Shidou mungkin sedang dalam perjalanan pulang sekarang, bukan?"  (Yuusuke)

 "Eh⁉ Ah, maafkan aku! Aku salah mengira......" (Azusa)

 Aku tersenyum pada Nikaido, yang wajahnya merah, dan menyuruhnya untuk tidak perlu mengkhawatirkannya.

 Fiuh, itu bagus, Kakihara.

 Seperti yang diharapkan dari pemimpin Pasukan Normies (menurutku), kamu dapat membaca situasinya dengan baik. 

 "Maaf tentang undangannya. Aku pikir waktunya kurang tepat. Selain itu juga, jika aku bergabung dengan kalian berempat, kurasa aku akan menganggu kalian." (Rintaro) 

 "I-itu tidak benar! Aku akan dengan senang hati menyambutmu, Shidou-kun!"  (Azusa)

 ......Ada apa dengan gadis ini?

 Untuk beberapa alasan, dia terkejut dengan pernyataannya sendiri dan mengacak-acak rambutnya dengan tidak sabar.

 Aku tidak begitu mengerti dengan gadis ini.

 "...... Azusa, jangan terlalu egois.  Aku yakin saat ini Shidou sedang dalam masalah, kan?" (Yuusuke)

 Sekali lagi, Kakihara datang untuk menyelamatkanku. 
 
 Tapi apakah ini hanya imajinasiku saja, sepertinya  ekspresinya terlihat agak suram?

 (Tidak, itu bukan imajinasiku .......)

 Aku tahu seperti apa tatapan Kakihara.

 Itu namanya cemburu.

 Aku mempunyai beberapa pengalaman dengan keadaan itu ketika aku masih SD, tetapi ini adalah pertama kalinya aku diarahkan pandang ini kepadaku pada usiaku saat ini. 

 Aku yakin sepertinya Kakihara menyukai Nikaido.

 Jadi dia cemburu pada kenyataan bahwa dia telah memintaku, seorang pria, untuk pergi berkeliling bersamanya. 

 Aku lega melihat sisi kemanusiaannya, tetapi situasinya tidak begitu baik.

 Jika aku tidak secara mendasar membuatnya percaya bahwa tidak mungkin bagi Nikaido untuk menyukaiku, ini mungkin bisa menjadi masalah selama sisa kehidupan sekolah SMAku. 

 Sepertinya ini tidak bisa dihindari, baiklah kalau begitu.

 "Maaf. Sepertinya "Dia" akan segera kembali, jadi aku harus segera pergi."  (Rintaro)

 "Eh...?"  (Azusa)

 Ekspresi Nikaido mengeras.

 Hei hei, bukankah kecemburuan Kakihara hanya salah paham?

 Mengapa dia melakukan sesuatu yang berbau pilih kasih seperti ini?

 "Eh⁉ Shidou, kamu punya pacar⁉ Itu sangat keren!"  (Honoka)

 "Ahaha, aku mempunyainya baru-baru ini...." (Rintaro)

 "Apakah kamu punya fotonya!? Ah! Tapi aku mungkin bisa bertemu dengannya jika aku menunggu di sini!"  (Honoka)

 "Tidak, tidak! Dia adalah tipe gadis yang sangat pemalu, jadi kupikir dia lebih suka tidak melakukannya......? Dan, aku ingin lebih lama bersamanya."  (Rintaro)

 "Eeh ...... Yah, kalau begitu, kurasa mau bagaimana lagi."  (Honoka)

 Tidak mungkin aku bisa menunjukkannya padamu.  Karena yang berada di posisi pacarku dalam situasi ini adalah Otosaki Rei.

 Untuk saat ini, masalah dengan Nogi telah berhenti, jadi aku bisa berasumsi bahwa ini cukup untuk menutupinya. 

 "Oh, begitu ya. Jika itu masalahnya, maka kurasa kita tidak punya pilihan, Azusa. Ayo cepat pergi."  (Yuusuke)

 "......Oke. Shidou-kun, sampai jumpa lagi."  (Azusa)

 Sampai jumpa di sekolah.

 Aku melambaikan tanganku sambil mengembalikan kata-kata itu.

 (...... Apakah aku berhasil melewatinya?)

 Aku menghela napas lega saat melihat mereka sudah memasuki rute itu. 

 Ekpresi negatif di mata Kakihara telah menghilang, dan sepertinya aku membuat pilihan yang cukup bagus.

 Meskipun begitu, aku bertanya-tanya apakah sikap Nikaido barusan merupakan tanda kasih sayang.

 Jika demikian, dari mana dia mendapatkan perasaannya untukku?

 Satu-satunya titik kontak yang aku miliki dengannya adalah saat selama kelas memasak waktu itu saja. 

 Lagi pula, sekarang aku punya pacar, tidak perlu khawatir tentang itu.

 Bagaimanapun juga, aku yakin mereka tidak akan membuat masalah besar tentangku jika mereka bisa membaca situasinya, jadi aku dapat mengatakan bahwa kehidupan sekolahku tetap damai untuk saat ini.

 (Fiuh ......, omong-omong, bukankah dia terlambat?)

 Aku pikir aku sudah banyak berbicara dengan mereka untuk sementara waktu, tetapi Rei belum kembali.

 Ketika aku berfikir begitu, sebuah tanda tiba-tiba muncul tepat di belakangku.

 "Rintaro, apakah "pacar" itu... secara kebetulan mengacu padaku?"  (Rei)

 "......Kamu mendengarkan, ya."  (Rintaro)

 "Hanya dari tengah saja. Aku tidak ingin mengambil risiko jika terlalu dekat, jadi aku menjaga jarak yang wajar."  (Rei)

 "Itu keputusan yang bijaksana. Terima kasih."  (Rintaro)

 Aku berdiri dari bangku dan Rei, yang berdiri di belakangku, berjalan memutar untuk berdiri di sampingku.

 Dia tampak agak gugup dan menatap wajahku.

 "Maaf, aku memutuskan untuk berpura-pura menjadi pacarmu tanpa izin. Aku memanfaatkanmu untuk menghindari masalah."  (Rintaro)

 "Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan."  (Rei)

 "Haha, aku senang kamu tidak menertawakanku karena begitu paranoid ....... Aku akan memberitahumu lebih banyak tentang kejadian itu ketika kita keluar dari sini. Aku tidak ingin ada masalah jika mereka datang kembali kapan saja."  (Rintaro)

 "Oke. Kalau begitu, ayo cari kita makanan."  (Rei)

 "Ide yang bagus. Aku akan pergi ketempat manapun yang kamu inginkan."  (Rintaro)

 "Kalau begitu, aku ingin Ramen."  (Rei)

 "Itu adalah pilihan yang akan membuat anak laki-laki marah......" (Rintaro)

 Aku tidak punya alasan untuk menolaknya, jadi aku menerimanya, tetapi aku memiliki perasaan rumit yang tidak dapat aku gambarkan.

 Tidak apa-apa. Aku sudah memutuskan untuk pergi bersama Rei kemanapun hari ini.

 Aku akan mengabaikan semua rasa kencan normal dan akan pergi dengan apa pun yang dia ingin makan.

 "――――Bukankah itu...... Otosaki, san?"

 ◇ ◆ ◇

 Kami kembali di depan stasiun, lalu kami memasuki rantai ramen yang terkenal.

 Ini adalah restoran yang menyajikan menu utama sup tulang babi, dan mienya tidak terlalu banyak dan sepertinya dibuat dengan alasan agar bisa menambah. 

 Tentu saja, ada rasa yang cukup untuk memuaskan tanpa harus diisi ulang.

 "Tolong beri aku isi ulang lagi."  (Rei)

 "Tentu!"

 Tepat "di sebelahku", isi ulang ketiga untuk makanan itu sedang berlangsung.

 Aku melihat mangkuknya dan melihat bahwa hanya ada kuahnya tanpa ada sisa mie.

 Isi ulang ketiga berarti dia sudah memiliki tiga mangkuk ramen di perutnya, tetapi tubuhnya masih dalam kondisi sempurna.

 Apa yang sebenarnya terjadi, dengan perut orang ini?

 "Rintaro, apa kamu tidak mau makan?"  (Rei)

 ".......Aku akan memakannya."  (Rintaro)

Sambil merasa heran, aku pun menyesap ramenku.

 Pada akhirnya, Rei makan sebanyak empat porsi dan aku hanya dua porsi, dan dengan begitu akhirnya kami menyelesaikan makan siang kami.

 Waktu sudah menunjukkan pukul 14:30.

 Masih terlalu awal untuk pulang.

 Namun, sebagai sorang pemula dalam berkencan, aju tidak dapat membuat saran yang bagus, tapi――――

 "Rintaro, ada tempat yang ingin kudatangi."  (Rei)

 "Begitukah?"  (Rintaro)

 "Ya. Aku ingin kamu menemaniku."  (Rei)

 Jika dia memiliki suatu tempat yang ingin dia tuju, itu bagus.

 Aku mengikuti Rei dan kemudian masuk kedalam taksi.

 Perjalanan memakan waktu lebih dari satu jam, sepertinya kami akan pergi ke tempat yang sangat jauh.

 Akhirnya, kami mencapai tujuan yang telah dia tetapkan, dan kami turun dari taksi.

 "Maaf karena membuatmu menuruti permintaanku, tapi aku benar-benar ingin melihat tempat ini bersamamu."  (Rei)

 Di depan kami ada bangunan yang besar.

 Aku percaya itu――――, ya, Nippon Budoukan.
[TL/N: Budoukan [武道館]: stadion seni bela diri.]

 Sesuai dengan namanya, ini adalah tempat yang digunakan untuk turnamen seni bela diri, tetapi juga merupakan tempat yang terkenal untuk pertunjukan langsung oleh para seniman.

 "Bertujuan untuk Nippon Budoukan".

 Beberapa bahkan bekerja dengan kata-kata seperti itu, itu menunjukkan betapa hebatnya fasilitas ini.

 "......Kenapa, apakah kamu ingin melihatnya?"  (Rintaro)

 "Ini adalah tujuanku berikutnya sebagai seorang idol untuk mengadakan konser langsung di sini. Dan mimpi itu hampir dalam jangkauanku."  (Rei)

 Rei mengambil satu dua langkah lebih dekat ke Budoukan.

 "Orang-orang di sekitarku akhir-akhir ini banyak memberitahuku bahwa ekspresiku menjadi sedikit lebih cerah. Dan aku yakin itu semua berkat Rintaro."  (Rei)

 "Itu tidak benar. Aku belum berbuat banyak."  (Rintaro)

 "Aku tahu kamu akan mengatakan itu. Tapi memang benar itu karena Rintaro. Aku menjadi lebih teguh."  (Rei)

 "Dia sebenarnya lebih banyak tersenyum baru-baru ini, kamu tahu?"

 Kata-kata Mia terlintas di benakku.

 Dan tampaknya Rei sendiri menyadari hal ini.

 "......kamu tidak perlu merasa berhutang budi padaku. Aku sudah merasa senang akan hal itu, dan juga...... Akhir-akhir ini hari-hariku sangat menyenangkan."  (Rintaro)

 "Aku senang mendengarnya. Aku sedikit khawatir bahwa aku menyebabkan terlalu banyak masalah untuk Rintaro."  (Rei)

 "Jika aku merasa begitu, maka aku sudah memutuskan hubungan denganmu sejak lama. Aku ini bukan orang yang baik, oke."  (Rintaro)

 "Rintaro cukup baik kepadaku........ Terima kasih."  (Rei)

 "Ayolah. Ini memalukan."  (Rintaro)

 Tidak peduli apapun itu, aku benar-benar orang yang egois.

 Meskipun aku mengagumi orang-orang yang bisa membantu orang lain, aku tidak berpikir bahwa aku bisa menjadi orang seperti itu.

 Itu karena Rei sudah membayarku dengan baik sehingga aku bisa melakukan itu semua. 

 Itulah sebabnya aku merasa malu ketika dia ...... terima kasih kepadaku lagi.

 Aku menggelengkan kepalaku dan menyegarkan emosiku.

 "......Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"  (Rintaro)

 Aku menatap Budokan dan bertanya padanya.

 "――――Mengapa kamu berpikir begitu?"  (Rei)

 "Entah bagaimana. Hanya saja ekspresimu sedikit berbeda dari biasanya."  (Rintaro)

 Setelah berdiri di sini, ekspresi Rei tampak agak termenung.

 Itu bukan hanya imajinasiku.

 "Ada yang bisa aku bantu?"  (Rintaro)

 "...... Mm. Mungkin, tidak ada."  (Rei)

 "Begitu. Yah, kalau begitu aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi."  (Rintaro)

 Jika itu adalah sesuatu yang tidak bisa aku tangani, mungkin lebih baik jika aku tidak mengetahuinya.

 Jika aku mengetahuinya aku bisa melihat masa depan di mana kita berdua akan mendapat masalah.

 Bukan ide yang baik untuk terlibat dalam segala hal di dunia ini.

 Aku hanya harus melakukan apa yang bisa aku lakukan saja.

 "Rintaro, maukah kamu terus menemaniku?"  (Rei)

 "Selama kamu tidak meninggalkanku, aku akan selalu menemani Otosaki Rei. Dan saat ini, memintamu memakan makananku adalah salah satu hal yang aku nantikan."  (Rintaro)

 "...... Mm."  (Rei)

 Rei mengangkat wajahnya dengan ekspresi sedikit cerah di wajahnya. 

 Jika kata-kataku membantu dengan cara apa pun, sejujurnya aku merasa senang.

 "Yep..... aku puas. Rintaro, ayo kita pulang."  (Rei)

 "Begitukah. Baiklah, kalau begitu, ayo kita pulang."  (Rintaro)

 Kami masuk ke taksi lagi dan kembali ke tempat pertama kami datang.

 Terus menemani―――― ya.

 Aku bertanya-tanya berapa lama aku bisa tinggal di sisi Rei.

 Sampai dia pensiun sebagai idol.

 Sampai dia mendapat pacar, atau.

 Sampai hubungan antara dia dan aku sudah ditemukan.

 Tidak ada keabadian di dunia ini.

 Aku ditinggalkan bahkan oleh keluarga sedarahku sendiri, aku tahu fakta ini sampai pada titik memuakkan. 

~•~


<<Sebelumnya|Semua|Selanjutnya>>

Dukung Kami

Related Posts