Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 19


Chapter 19: Pesta Pindahan Rumah (Bagian 5) 


 "――――bercanda, itu hanyalah lelucon."  (Mia)

 Merasakan tatapan kagetku, Mia menarik diri dariku dan mengedipkan mata nakal.

 "Apakah kamu kecewa?"  (Mia)

 "Huuh...... aku agak lega. Kurasa aku tidak bisa lolos begitu saja jika kamu benar-benar mencintaiku."  (Rintaro)

 "Kamu sudah mengenalku dengan baik, bukan. Aku ini sangat licik, jadi aku akan menggunakan setiap trik yang bisa kupikirkan untuk membuatmu tidak mungkin lolos."  (Mia)

 Aslinya aku tidak berpikir itu mengejutkanku.

 Untuk saat ini, aku terlalu lelah untuk membuat ini menjadi repot, jadi aku akan mengabaikannya.

 "Pertama, jika kami terlibat dalam hubungan percintaan, makan kami akan dikritik habis-habisan oleh beberapa penggemar kami. Dan jika kami memiliki sebuah hubungan yang rahasia, makan risikonya akan lebih besar."  (Mia)

 "......Kau dan aku sangat mirip, bukan?"  (Rintaro)

 "Oh, aku tersanjung."  (Mia)

 Aku dapat memahami cara dia berpikir lebih banyak tentang kehilangan ketika ditemukan, daripada lebih dari dekat dengan seorang idol.

 Lagi pula, aku takut suasana yang saat ini akan hancur.

 "......Kalau begitu, kurasa aku harus pulang. Dikatakan bahwa begadang adalah musuh alami bagi kulitmu."  (Mia)

 "Begitu ya. Kalau gitu hati-hati di jalan―――― tapi itu tidak terlalu jauh sih."  (Rintaro)

 "Fufu, kamu benar. Apakah kamu ingin aku membantumu untuk membersihkan ini?"  (Mia)

 "Tidak usah hawatir, aku akan melakukannya sendiri saja. Aku harus melakukan semua yang berhubungan dengan dapur yang aku gunakan."  (Rintaro)

 "Kamu cukup tabah, ya. Kalau begitu, aku akan menuruti perkataanmu. Terima kasih untuk pesta yang lezat hari ini."  (Mia)

 Mia meraih barang bawaannya dan kemudian berjalan keluar kamar sambil melambaikan tangannya.

 Sekarang, sebelum aku bersih-bersih, aku harus membangunkan kedua gadis yang sedang tidur itu dulu.

 Aku pergi ke kamar tidur dan mendekati kasur tempat Rei dan Kanon sedang tidur.

 (Kanon ...... posisi tidurmu terlalu buruk.)

 Aku menghela nafas ketika melihat Kanon meletakkan kakinya diatas tubuhnya Rei.

 Aku mengguncang kedua bahu mereka untuk membangunkan mereka.

 "Hei, kalian berdua. Bangun dan kembali ke kamarmu."  (Rintaro)

 "M...... mmm ...... apa? Apakah ini sudah pagi?"  (Kanon)

 "Ini sudah tengah malam. Kembalilah ke kamarmu dan kamu bisa melanjutkan tidur lagi."  (Rintaro)

 "Ya ...... aku akan melakukannya."  (Kanon)

 Kanon kemudian bangkit dari tempat tidur dengan lamban dan terhuyung-huyung setelah itu dia keluar dari ruangan.

 Aku bisa mendengarnya menabrak dinding di beberapa tempat, tapi sepertinya dia berhasil sampai ke koridor di luar.

 Aku khawatir, jadi aku akan memeriksa di lorong nanti.  Dia mungkin terjatuh disana. 

 "Kamu juga, Rei bangunlah."  (Rintaro)

 "...... Mm."  (Rei)

 Tidak seperti Kanon, Rei langsung bangun, melihat ke arahku, lalu meninggalkan ruangan.

 Jadi aku ditinggalkan sendirian di kamarku.

 Stelah itu aku kemudian mengambil piring bekas paella, sup, dan sparerib dan menaruhnya diwastafel.

 Aku merendam piring yang berminyak dalam air hangat dan menggosoknya dengan spons yang bercapur sabun pencuci piring, aku mulai membersihkannya dengan yang paling mudah dulu.

 Setelah beberapa menit membenamkan diri dalam mencuci piring, tiba-tiba aku merasakan perasaan yang aneh.

 "Rei tadi .... dia pulang dengan cukup patuh, bukan."

 Setelah aku mengatakan itu, aku kemudian menyadari perasaan aneh apa itu.

 Benar, Rei tidak terhuyung-huyung setelah dia bangun tadi. 

 Biasanya, dia akan mengantuk dan terhuyung-huyung seperti Kanon tadi, tetapi tadi langkahnya cukup seimbang. 

 (Yah, kurasa itu tidak terlalu penting, bukan?)

 Kurasa dia belum lama tertidur, dan itu bahkan bukan tidur yang nyenyak untuknya.

 Aku tidak terlalu memikirkannya dan baru saja selesai mencuci piring dalam diam.

 ◇ ◆ ◇

 Dengung kerumunan dan musik yang elegan memekakkan telingaku.

 Aku melihat ke bawah ke kakiku dan melihat sepasang sepatu yang sangat kecil.

 Begitu, ternyata ini mimpi ya.

 Pakaian ini adalah ketika aku masih SD. Ini bukan sesuatu yang bisa aku pakai sekarang karena saat ini aku sudah SMA. 

 Kamu tahu, terkadang kamu memiliki jenis mimpi yang kamu tahu adalah mimpi.

 Pemandangan kemudian menjadi kabur dan terdistorsi.

 Tempat di mana aku berdiri sekarang sudah tidak asing lagi bagiku.

 Itu adalah tempat pertemuan sosial sebuah perusahaan besar.

 Seingatku, aku pernahmengikuti ayahku, yang telah menerima undangan dari perusahaan lain.

 "Oh, apakah dia putra Shidou-san?"

 "Ya, dia sudah pintar untuk anak seusianya, dan aku berencana untuk membuatnya mengambil alih perusahaan kita pada akhirnya."

 Di sebelahku, ayahku sedang berbicara dengan seorang pria yang tidak aku kenal.

 Kedua wajah mereka agak kabur, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

 "Dan apakah dia ini anaknya―――-san?"

 "Ya, dia adalah putri kebanggaanku."

 Tidak hanya pemandangan, tetapi bahkan sebagian dari percakapan mereka terdengar kabur.

 Mungkin karena ingatanku tentang kejadian ini sudah mulai kabur. 

 "Ayolah, "Rei". Keluar dan sapa semuanya."

 Gadis bernama "Rei" Itu kemudian muncul di depanku dan ayahku.

 Dia memiliki rambut pirang yang indah dan mata biru.

 Dia mungkin seumuran denganku.  Dan dia terlihat imut seperti boneka.

 "Saya ――"Rei".  Senang bertemu dengan Anda."

 Dengan sedikit samar-samar sepertinya aku sedikit familiar dengan wajah gadis yang ada di depanku ini. 

 Tetapi ketika aku mencoba menghubungkan ingatanku sosok itu, kabut itu mulai menebal dan menghentikanku untuk berpikir lebih jauh.

 "Ayah, dia sungguh sangat imut."

 Itulah yang dikatakan oleh mulutku, terlepas dari keinginanku. 

 Aku sudah lama tidak bertemu ayahku, dan aku sedikit bersemangat.  Caraku mengatakannya mengingatkanku akan hal itu.

 "Kamu benar.  Jika dia seimut ini di usianya, aku yakin dia akan tumbuh menjadi wanita yang bahkan tidak bisa diraih oleh pria mana pun dalam sepuluh tahun lagi."

 "Hahaha, bagaimana kalau dia bertunangan dengan putranya Shidou-san?"

 "Itu bukan saran yang buruk. Sku akan mempertimbangkannya."

 Ayahku dengan lembut mendorong punggungku dan membawaku lebih dekat ke arah "Rei".

 "Aku harus berbicara tentang bisnis dengannya sebentar.  Jadi kalian berdua bisa pergi bermain bersama."

 "Baik!"

 Aku mendekati Rei dan kemudian meraih tangannya.

 "Ayo kita pergi!"

 "...... Y-ya."

 Aku berjalan melewati venue dengan tanganku yang menggandeng tangannya, dan ia terlihat agak kebingungan. 

 Karena tempat itu penuh dengan para eksekutif dari perusahaan-perusahaan papan atas, jadi ada berbagai macam makanan bergaya prasmanan kelas atas yang berjejer dimana-mana. 

 Aku kemudahan mengambil sepiring makanan yang menurutku enak dan menawarkannya kepadanya.

 "Kue ini sangat enak, apakah kamu ingin mencobanya?"

 "A..... "

 "Rei" mengambil piring yang ada kuenya dariku, tapi dia hanya menatapnya dan bahkan tidak menyentuhnya.

 "Apakah kamu tidak menyukainya?"

 "T-tidak ...... Bukannya aku tidak menyukainya, tapi ayahku bilang aku tidak boleh makanan yang manis karena bisa menyebabkan gigiku berlubang."

 "Itu sungguh disayangkan. Karena, ada begitu banyak makanan yang lezat untuk dimakan ......"

 "----Tetapi."

 "Apakah kamu ingin memakannya, "Rei"-chan? Atau, apakah kamu tidak mau?"

 Menanggapi pertanyaanku, "Rei" mengerutkan keningnya seolah-olah dia kebingungan.

 Setelah berpikir sebentar, dia akhirnya membuka mulutnya.

 "Aku...ingin."

 "Kalau begitu, mari kita makan secara diam-diam."

 Aku melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihat.

 Lalu aku berjongkok di sekeliling meja dan kemudian aku membuka taplak meja.

 "Kesini, kesini."

 "Y-ya."

 Kemudian kami berdua bersembunyi di bawah meja.

 Itu memiliki ruangan yang berukuran anak kecil jadi orang dewasa tidak akan muat didalamnya. 

 Karena aku sangat bersemangat dengan tempat itu, aku menyerahkan sepiring kue lagi kepadanya. 

 "Setelah makan yang manis-manis, sikatlah gigimu dengan benar. Kalau kamu melakukannya, makan kamu tidak akan mengalami gigi berlubang."

 "Apakah itu benar......?"

 "Jangan khawatir. Percayalah padaku."

 Ketika "Rei" menatap mataku, dia sepertinya sudah mengambil keputusan dan kemudian memasukkan kue itu ke mulutnya.

 Pada saat itu, ekspresinya menjadi sangat cerah sehingga aku merasa terpesona saat melihatnya.

 "Lezat......!"

 "Benar kan? Tunggulah di sini, aku akan membawakanmu lagi."

 Sejak saat itu, aku membawakan semua jenis makanan manis untuknya sampai akhirnya ayah kami mengetahuinya.

 Kenapa aku melakukan itu————Ah, itu benar.  Itu karena aku ingin melihat lebih banyak senyum di wajahnya "Rei" saat dia sedang makan sesuatu yang lezat. 

 Lagi pula, ketika orang makan makanan enak, mereka memiliki senyum yang indah di wajah mereka.

 Ya, ini dia.

 Ini adalah pertama kalinya aku mengetahui fakta yang begitu jelas.

~•~


 <<Sebelumnya|Semua|Selanjutnya>>

Dukung Kami

Related Posts