Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 18


Chapter 18: Pesta Pindahan Rumah (Bagian 4) 


 Saat pemutaran film, lampu diredupkan selama sekitar satu jam.

 Aku terus memperhatikan layar TV, yang pada dasarnya adalah gambar yang remang-remang, yang hampir gelap sepenuhnya. 

 Film ini bercerita tentang sosok hantu perempuan berambut hitam yang mencoba menyeret orang ke dalam rumah terkutuk.

 Aku pikir orang-orang yang menyukai film sialan ini ......yang memiliki sumber materi yang jelas, tetapi tidak sedikit pun menghargai kontennya.  akan menyukainya?  Padahal, aku tidak menyukainya.

 ""Zzzz... Zzzz......""

 "......" (Rintaro)

 Aku melihat ke arah sofa dan melihat Rei dan Kanon nenghembuskan nafasnya dengan tenang dalam tidur mereka.

 Aku akan memaafkan Kanon.  Karena diajuga orang yang terlibat dalam acara ini.

 Tapi untuk Rei, tidak bisa. 

 Mengapa kamu yang meminta untuk menonton film ini bersama, malah keenakan tertidur?

 "......Haa."  (Rintaro)

 Karena orang yang memulainya sudah tertidur, biasanya orang akan berpikir bahwa mereka harus menghentikannya.

 Tapi, alasan kenapa aku tidak melakukannya adalah karena――――.

 "Ri-Rintaro-kun ...... jangan pergi ......" (Mia)

 "......Ya aku tahu."  (Rintaro)

 Karena, Mia yang ada di sebelahku, terus menempel padaku.

 Ketika aku mencoba untuk pindah dari tempat duduku, dia langsung menarik tanganku untuk mencegahku berdiri.

 Entah mengapa aku merasa déjà vu.

 Aku berasa hampir seperti ditahan di tempat, dan sekarang aku bisa merasakan dada Mia melalui sikuku.

 Dia memiliki sosok yang lebih keJepangan daripada Rei, payudaranya juga cukup besar tapi tidak sebesar Rei karena dia sudah diluar standar. 

 Rasanya seperti dia memiliki lebih banyak kekenyalan daripada kelembutan.

 Itulah sebabnya aku mengosongkan pikiranku.

 Aku juga tidak ingin menjadi penjahat di usiaku saat ini. 

 "Ini mengejutkanku, ternyata kamu tidak bagus dengan film horor, ya? " (Rintaro)

 "Itu karena aku ...... Aku belum pernah melihat banyak film yang semacam ini sampai sekarang ......" (Mia)
 
 Begitu ya, ternyata sejak awal dia memang sudah ketakutan saat nonton film horor.

 Sebaliknya, aku dapat mengatakan bahwa dia beruntung karena menonton film yang ini. 

 Jika ini tadi adalah film yang sangat dipuji oleh pecinta film horor, aku yakin Mia pasti akan pingsan.

 "Apakah Rintaro-kun baik-baik saja......?"  (Mia)

 "Mmm aku? Ya, karena aku sudah terbiasa menonton hal semacam ini."  (Rintaro)

 Bahkan, salah satu sahabatku, Inaba Yukio, hobinya adalah menonton film-B.

 Dia sering menyewa film yang hanya dapat ditemukan di toko persewaan dan menontonnya bersamaku.

 Setelah kami selesai menonton filmnya, dia akan langsung mengoceh tentang kesan-kesannya, yang bahkan tidak aku tanyakan padanya.————Terus terang, aku selalu mendengarkannya *dari kuping kiri dan lewat begitu saja ke kuping kanan. 
[TL/N: maksudnya dia bodoamat nggak mau dengerin]

 Kupikir Yukio juga menyadarinya, tapi dia tetap bersemangat untuk membicarakannya.

 "Masih tersisa satu jam lagi. Jadi bertahanlah."  (Rintaro)

 "O-oke......" (Mia)

 Kekuatan yang mengencangkan lenganku menjadi semakin lebih kuat.

 Dan ini menyebabkan perasaan yang lebih kuat di sekitar siku, tetapi aku memutuskan untuk menahannya engan pikiran bajaku.

 Dalam arti tertentu, ini adalah saat yang sulit bagiku dan Mia dimulai――――

 ◇ ◆ ◇.

 "Fiuh... Aku tidak menyangka pada akhir sebuah granat dijatuhkan ke dalam sumur untuk memusnahkan sumbernya. Ternyata ini sangat menyenangkan."  (Mia)

 "...... Benar."  (Rintaro)

 Ternyata waktu satu jam lebih pendek dari yang aku harapkan.

 Hal terakhir yang aku perhatian, adalah gulungan akhir yang diputar di layar.

 Anehnya, Mia sepertinya sangat menikmati film ini. 

 Aku yakin jika dia sudah dewasa dia akan bersenang-senang dan minum dengan sake. Tapi saat ini dia masih di bawah umur.

 Ngomong-ngomong, aku hampir sepenuhnya kehilangan kewarasanku. 

 Aku hampir kewalahan oleh iblis yang disebut hasrat seksual, yang ada di ujung spektrum yang berlawanan dari pikiran rasionalku, dan setiap kali itu keluar aku akan mencoba untuk menghancurkan pikiran kotorku itu, dan pada akhirnya aku berhasil menang.

 Aku akhirnya mengerti apa itu artinya melawan diri sendiri.

 "Dua orang itu...... masih tertidur. Tidur mereka terlihat sangat pulas. "  (Rintaro)

 "Melihat mereka tidur begitu pulas membuatku ingin melakukan sesuatu hal yang jail."  (Mia)

 "Memang...... Yah, karena kali ini adalah pesta, jadi aku akan membiarkan mereka bedua lolos."  (Rintaro)

 Aku berpikir untuk melakukan sedikit hal jail dengan menulis kata "daging" di dahidahinya, tetapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya di wajah seorang idol karena aku berpikir itu sedikit tidak sopan. 

 Melihat waktu, ternyata saat ini sudah lewat tengah malam.

 Aku pikir sudah waktunya untuk membangunkan mereka atau mereka nanti akan sakit, jadi aku mencoba untuk memanggil nama mereka yang saat ini masih terbaring di sofa dengan tidur pulas.

 "――――kamu belum harus membangunkan mereka, tahu?" (Mia) 

 Mia, yang berdiri di sampingku, dan menghentikanku.

 "Kenapa tidak? Kita tidak bisa membiarkan mereka tidur di sini, kan?"  (Rintaro)

 "Kalau begitu, ayo kita bawa mereka ke tempat tidurmu dan biarkan mereka tidur disana sebentar. Aku masih ingin berbicara denganmu....... hanya kau dan aku."  (Mia)

 Mia menyipitkan matanya saat menatapku. 

 Aku punya firasat buruk bahwa sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu.

 Namun ini mungkin waktu yang bagus karena aku juga ingin mengenal gadis ini dengan baik. 

 Selama dia masih ada di ruangan ini, makan aku tidak akan bisa terus menghindarinya.

 "......Baiklah. Mari kita mengobrol sebentar."  (Rintaro)

 "Begitulah seharusnya."  (Mia)

 Aku menghela nafas dan kemudian membawa Rei dan Kanon ke tempat tidurku. 

 Disini aku menggunakan kasur yang sedikit lebih besar agar lebih nyaman.

 Bahkan dengan dua gadis di atasnya, masih ada sedikit ruang kosong disekitarnya.

 Aku kemudian mengenakan selimut diatas tubuh mereka agar tidak kedinginan dan setelah itu aku kembali ke ruang tamu.

 "Jangan terlalu waspada kepadaku, aku tidak akan melakukan apa pun kepadamu atau menyakitimu."  (Mia)

 "Aku ingin memastikannya dulu. Baru aku akan memutuskannya."  (Rintaro)

 "Ya, kurasa begitu. Tapi, aku benar-benar tidak ingin melakukan hal yang buruk kepadamu, oke?"  (Mia)

 Aku melakukan kontak mata dengan Mia.

 Matanya secara mengejutkan tidak ada unsur kebohongan, dan untuk sesaat aku menjadi kehilangan kata-kata.

 "...... Aku mengerti. Aku minta maaf karena sudah berburuk sangka terhadapmu dan meragukamu. Jadi, apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan denganku?"  (Rintaro)

 "Sebenarnya, aku ingin berterima kasih."  (Mia)

 "Berterima kasih kepadaku?"  (Rintaro)

 "Yup, aku ingin berterima kasih karena sudah bersama Rei."  (Mia)

 Aku memiringkan kepalaku.

 Karena dia menyadari aku kebingungan, Mia melanjutkan perkataannya. 

 "Rei selalu menjadi orang yang sangat tabah. Dia tipe orang yang mendorong dirinya sendiri hingga sampai batasnya demi menjadi seorang idol."  (Mia)

 "......Ah, kurasa aku mengerti itu."  (Rintaro)

 "Sungguh? Tapi sejak dia menjalin hubungan denganmu, dia menjadi lebih baik. Rintaro-kun, apakah Rei pernah memberitahumu tentang tombol on/off yang ada di dirinya?"  (Mia)

 "Hanya sedikit. Dia bilang dia hanya akan mematikannya ketika dia bersama kalian dan ketika dia berada di rumahku."  (Rintaro)

 "Apakah kamucuma itu yang kamu dengar tidak ada yang lain?"  (Mia)

 "......Itu tidak termasuk saat dia di rumahnya sendiri, atau rumah orang tuanya, karena tidak ada kata yang lebih baik."  (Rintaro)

 "Benar."  (Mia)

 Sebenarnya, aku pernah mendengar bahwa orang tuanya jarang di rumah.

 Aku juga mendengar bahwa keluarga Otosaki adalah keluarga yang kaya rata, jadi aku yakin itu pasti keluarga yang sangat terhormat.

 Sebelum menjadi idol, Rei mungkin harus mempertahankan posisinya sebagai "putri keluarga Otosaki" di rumah.

 Jadi, aku tidak bisa menyebutnya dimatikan.

 "Satu-satunya tempat dia bisa mematikannya sampai sekarang adalah ketika saat kita bertiga bersama. Dan sekarang setelah dia mengenalmu, ada satu tempat lagi untuknya yang bisa mematikan yombilnya. Kamu mungkin tidak menyadari ini, tetapi setelah Rei mulai menghabiskan waktu bersamamu, dia mut menjadi lebih banyak tersenyum daripada sebelumnya."  (Mia)
 
  "......Itu suatu kehormatan."  (Rintaro)

 "Apa kau benar-benar berpikir begitu?"  (Mia)

 "Ya. Aku sangat menghormati Rei. Aku senang menjadi salah satu dari tempat itu."  (Rintaro)

 Aku tidak akan pergi kemana-mana----.

 Aku akan terus mengingatnya karena Rei sudah mengatakan itu kepadaku. 

 Selama dia mengatakan itu, aku juga tidak ingin meninggalkannya.

 Selain itu, jika aku sebagai seorang pria, tidak dapat mendukung bahkan satu wanita, maka itu hanya akan mimpi yang dibuat-buat untuk menjadi seorang suami rumah tangga penuh waktuwaktu di masa depan. 

 "Menghormatinya ya. Benarkah hanya itu saja?"  (Mia)

 "Maksudmu apa?"  (Rintaro)

 "Maksudku, apakah kamu tidak jatuh cinta padanya?"  (Mia)

 Sudut mulut Mia terangkat sedikit.

 Sebelum aku menyadarinya, keseriusannya entah bagaimana menghilang, dan sekarang dia menjadi dirinya yang normal.

 "Sebuah cinta, ya ...... aku memang menyukainya, tapi jika cinta aku pikir itu berbeda. Aku sudah memutuskan bahwa aku akan mencintai seorang wanita yang tulus kepadaku selama sisa hidupku."  (Rintaro)

 "Ee ...... apa, pikiran macam apa itu? Ini sangat jantan."  (Mia)

 "Jika aku jatuh cinta kepadanya, makan aku tidak akan pernah berpaling. Itu sebabnya aku ingin memilih satu orang 'itu' dengan hati-hati. Juga, aku tidak bisa memiliki perasaan seperti itu untuk seseorang yang baru aku kenal selama satu bulan atau lebih."  (Rintaro)

 Tapi aku juga tidak dapat menyangkal kemungkinan bahwa aku akan jatuh cinta padanya selama enam bulan atau satu tahun ke depan.

 Satu-satunya hal yang dapat aku katakan pada saat ini adalah bahwa aku "tidak sedang" jatuh cinta kepadanya.

 "Maaf jika jawabanku sedikit membosankan."  (Rintaro)

 "Ya, aku pikir jawabanmu itu bagus."  (Mia)

 "Hah?"  (Rintaro)

 "Karena, aku masih punya kesempatan, bukan?"  (Mia)

 Mia menjilat bibirnya sendiri saat dia mengatakan itu.

~•~


<<Sebelumya|Semua|Selanjutnya>>

Dukung Kami

Related Posts