Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 3

 

Chapter 3: Idola yang Kelaparan (Bagian 3)


 Rumahku berjarak sekitar lima menit berjalan kaki dari stasiun.

 Itu adalah sebuah kamar di gedung apartemen lima lantai, dan di sanalah aku tinggal sekarang.

 "Kamu tinggal sendiri?"  (Rei)

 "Yah, aku. Aku punya berbagai keadaan."  (Rintaro)

 Aku membuka pintu dengan kunci dan melangkah masuk dengan dia yang masih berada di punggungku.

 Kamarnya berukuran 1LDK dengan ruang tamu dan kamar tidur terpisah, dan harga sewanya berkisar 40.000 yen.  Alasan kenapa aku bisa menyewa kamar murah di Tokyo adalah karena Yuzuki-sensei. 
[TL/N: 40.000 yen sekitar 5.052.000 Rupiah (25Januari 2022)]

 Awalnya, harga sewanya sedikit lebih tinggi, tetapi berkat pemberian tunjangan sewa, harganya telah dikurangi ke tingkat yang luar biasa.

 "Untuk saat ini, duduk saja di sofa dan istirahat. Kamu juga bisa menonton TV jika mau."  (Rintaro)

 "Oke."  (Rei)

 Aku mendudukkan Otosaki di sofa dan melepas sepatunya.  Setelah aku menaruhnya di pintu depan, aku kemudian menuju dapur, yang terlihat dari ruang tamu.

 "Aku telah memutuskan bahwa aku akan menggunakan daging babi hari ini, tetapi apakah kamu memiliki sesuatu yang ingin kamu makan? Aku bisa mendengarkan beberapa permintaanmu."  (Rintaro)

 "Kalau begitu, ...... Shougayaki (babi goreng jahe)."  (Rei)

 "Hei, apakah kamu sangat menyukainya?"  (Rintaro)

 "Yup. Sejak aku masih kecil."  (Rei)

 "Itu mengejutkan....... Oh, baiklah. Aku akan membuat Shougayaki, kalau begitu."  (Rintaro)

 Syukurlah, ternyata itu cuma hidangan yang cukup sederhana.

 Aku mengeluarkan daging babi, bawang merah, setengah dari kubis, dan jahe dari lemari es dan mulai memasak.

 Meskipun Shougayaki adalah hidangan yang belum banyak aku teliti, aku yakin bisa membuatnya tetasa enak.

 "......Kamu sangat terampil."  (Rei)

 "Itu karena aku selalu masak sendiri setiap hari. Aku juga bahkan pernah membuat Shougayaki sekali atau dua kali."  (Rintaro)

 "Aku tidak bisa membayangkan bahwa anak laki-laki melakukan itu. Mengapa kamu memasak setiap hari?"  (Rei)

 "Untuk menghemat uang. Karena aku mendapatkan semua biaya hidupku sendiri. Dan juga demi calon istriku."  (Rintaro)

 "Untuk calon istrimu?"  (Rei)

 "Ya. Cita-citaku adalah menjadi seorang suami rumah tangga yang selalu di rumah. Impianku adalah memasak masakan untuk istri pekerja kerasku dengan memperhatikan selera dan kesehatannya."  (Rintaro)

 Rencanaku ini berjalan dengan baik.

 Aku telah belajar memasak setiap hari, membuat buku menu, meningkatkan teknik bersih-bersih dan mencuciku, dan sejak tahun lalu, aku sudah menjaga anggaran rumah tangga.

 Aku yakin bahwa bahkan jika aku memiliki istri saat ini, aku yakin dapat memuaskannya.  Tapi satu-satunya masalah bagiku adalah saat ini aku belum bertemu pacar yang akan menjadi istriku.

 Yah, aku tidak berharap untuk menemukannya saat aku masih di sekolah menengah, dan aku berencana untuk mulai mencarinya saat aku lulus dari perguruan tinggi, ketika aku dapat bertemu dengan seseorang yang sudah memiliki pekerjaan tetap.

 "Maaf, tapi kamu akan makan dengan nasi putih saja. Aku sebenarnya akan memasaknya, tapi kurasa perutmu sudah mencapai batasnya, kan?"  (Rintaro)

 "Mmn......Terima kasih atas perhatianmu."  (Rei)

 "Maksudku, kamu itu punya manajer atau apa, kan? Lalu kenapa kamu tidak meminta kepada mereka untuk makan malam saja sebelum kamu pulang?"  (Rintaro)

 "Aku berusaha terlihat baik. Aku ini seorang idola, kau tahu, aku tidak boleh terlihat rakus."  (Rei)

 "Tidak bisakah kamu setidaknya menunjukkannya kepada orang-orangmu......? Yah, aku mengerti bahwa kamu menjalani hidupmu dengan obsesi."  (Rintaro)

 "Shidou-kun, apakah kamu menjalani hidup dengan obsesi juga?"  (Rei)

 "Yah, aku. Wah ternyata sudah matang."  (Rintaro)

 Sementara itu, Shougayaki sudah matang. Bau harum kecap dan jahe menggelitik selera makanku, dan aku memuji diriku sendiri atas kerja kerasku.

 Aku meletakkan semangkuk nasi putih, yang baru saja selesai dipanaskan, di atas meja di depan Otosaki, bersama dengan nasiku sendiri.

 "Baunya lebih enak daripada Shougayaki yang pernah aku makan ......" (Rei)

 "Terima kasih kalau begitu. Makanlah sebelum dingin."  (Rintaro)

 "Selamat makan......!"  (Rei)

 Aku memperhatikannya dengan sedikit gugup saat Otosaki memasukkan Shougayaki ke dalam mulutnya.

 Sejujurnya, aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk melihat makananku dimakan oleh orang lain.

 Meskipun Yukio telah memakan makananku beberapa kali, ini pertama kalinya aku memasak untuk seorang gadis.

 Aku sudah membumbuinya untuk selera seorang pria, tetapi apakah itu terlalu berlebihan untuknya, aku mersa khawatir————, tetapi kekhawatirannya tiba-tiba lenyap saat kata-katanya bergema.

 "Lezat.......!"  (Rei)

 Aku merasa tubuhku mengendur dengan cara yang tidak biasa.

 Mau tak mau aku tersenyum melihat betapa gugupnya aku beberapa waktu lalu.

 "Ternyata begitu..... aku lega mendengarnya."  (Rintaro)

 "Tidak diragukan lagi, ini adalah Shougayaki yang paling enak yang pernah aku makan."  (Rei)

 "Kurasa itu agak berlebihan, tapi ...... aku merasa senang dengan pujian itu."  (Rintaro)

 Aku mencoba memasukkan ke dalam mulutku, dan rasanya tetaap sama seperti biasanya, yang pasti enak.  Aku sudah lebih baik dalam memasak.  Rasanya aku ingin memasang wajah sombong.

 "Bolehkah aku tambah lagi."  (Rei)

 "Yah, tidak apa-apa, ...... tapi aku perlu memanaskan nasinya dulu."  (Rintaro)

 Aku mengambil mangkuk dan memanaskan semangkuk nasi lagi.  Setelah menerimanya, Otosaki melanjutkan makan dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya.  Ketika aku melihatnya seperti itu, aku bisa mengerti mengapa dia hampir pingsan karena kelaparan.

 "...... Hei, apakah menjadi idola itu menyenangkan?"  (Rintaro)

 "Ya. Itu adalah mimpiku sejak aku masih kecil."  (Rei)

 "Wow, itu sungguh luar biasa. Jadi kamu sudah meraih impianmu pada usia saat ini?"  (Rintaro)

 "Aku telah bekerja keras, dan aku juga beruntung. Sekarang aku harus bekerja lebih keras lagi untuk tidak melepaskan kesempatan yang sudah aku dapatkan."  (Rei)

 Dia gadis yang hebat.  Dia tinggal di dunia yang berbeda dariku, yang tidak ingin bekerja.
 
 "Shidou-kun juga bekerja keras untuk mimpinya. Itu bagus juga."  (Rei)

 "......Apakah kamu benar-benar berpikir begitu?"  (Rintaro)

 "Yup ......? Aku benar-benar berpikir begitu."  (Rei)

 Aku pikir aku akan diejek karena ingin menjadi suami rumah tangga yang tinggal di rumah.

 Itulah sebabnya aku tidak membicarakannya dengan siapa pun selain Yukio, yang aku percayai, tetapi ketika dia tiba-tiba memujiku, aku tidak bisa tidak merasa lengah.

 "Aku tahu bahwa apa pun impiannya, semua orang yang bekerja keras untuk mencapainya adalah orang yang luar biasa. Aku juga ingin mendukung orang-orang yang seperti itu."  (Rei)

 "......Kupikir aku menjadi penggemarmu untuk pertama kalinya hari ini."  (Rintaro)

 "Kamu belum pernah menjadi penggemarku sebelumnya?"  (Rei)

 "Sejujurnya, aku tidak terlalu tertarik dengan hal itu...... sampai aku berbicara denganmu."  (Rintaro)

 "Aku juga akan menjadi penggemar Shidou-kun. Aku ingin kembali dan memakan masakanmu lagi."  (Rei)

 "Kamu tidak bisa melakukan itu."  (Rintaro)

 Aku menolak permintaan Otosaki dengan cepat.  Dia tampaknya tidak mengharapkan aku untuk menolaknya, dan matanya melebar karena tidak mengerti.

 "Kenapa?"  (Rei)

 "Kenapa, kamu bertanya? Kamu itu ...... Adalah seorang idola top, kamu tahu? Jika seseorang melihatmu bersama seorang pria, itu akan segera menjadi kasus skandal. Kamu bukan hanya siswa sekolah menengah lagi, kan?  Apakah aku benar?."  (Rintaro)

 "Itu ...... itu mungkin benar, tapi ..." (Rei)

 "Mimpimu mungkin hancur karena aku. Aku tidak bisa bertanggung jawab untuk itu, dan aku sama sekali tidak mau itu terjadi. Itulah sebabnya kita tidak boleh banyak terlibat di luar sekolah sebanyak mungkin."  (Rintaro)

 "......" (Rei)

 Aku tidak peduli jika Otosaki terjerat kasus skandal, tapi jika itu melibatkanku, aku ragu aku bisa hidup dengan damai.
 
 Bahkan jika aku menahan diri, itu akan terlambat jika sesuatu itu sudah terjadi.

 "Bahkan hari ini, aku membawamu ke sini dengan risiko tinggi. Aku tidak ingin membuat resiko yang lebih besar lagi."  (Rintaro)

 "...... Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan menerimanya."  (Rei)

 "Lakukanlah. Ini juga demi karir idolamu dan untuk ketenangan hidupku."  (Rintaro)

 Dia terlihat sangat tertekan, tetapi aku tetap harus memberinya pembicaraan yang tegas agar percakapan tidak melebar.

 Aku yakin Otosaki menyukai makananku lebih dari yang seharusnya karena dia memakannya saat dia lapar.  Dan pasti dia akan tenang setelah beberapa waktu.  Juga sebagai seorang idola top pasti tidak akan pernah kesulitan untuk menemukan makanan yang enak.

 "Apakah kamu tinggal di sekitar sini?"  (Rintaro)

 "Yup......Sekitar tiga puluh menit jalan kaki dari sini."  (Rei)

 "Itu agak jauh....... Kalau begitu aku akan memanggilkanmu taksi, dan kamu bisa pulang dengan itu. Tapi aku tidak bisa mengurus ongkosnya."  (Rintaro)

 "Eeh...?"  (Rei)

 "Jangan mengatakan 'Eeh' kepadaku. Kamu punya lebih banyak uang daripada aku, jadi kamu tidak perlu aku untuk mengurus ongkosnya, kan."  (Rintaro)

 "Tidak, bukan itu maksudku."  (Rei)

 "Tidak mungkin, jangan bilang kamu berencana untuk tinggal, kan?"  (Rintaro)

 Otosaki mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

 Kepalaku pusing. Apakah keterampilan manajemen sangatlah kurang.

 "Aku baru saja memperingatkanmu tentang ini! Ini akan menjadi masalah besar bagi seorang idola untuk tinggal di rumah seorang pria, bahkan jika tidak ada yang tahu! Gunakan akal sehatmu!"  (Rintaro)

 "Ugh, ...... tidak bisa membantah itu."  (Rei)

 "Aku tahu kamu lelah ...... tapi kamu masih harus pulang."  (Rintaro)

 "Maaf. Aku akan mendengarkanmu."  (Rei)

 Kenapa aku harus menceramahi teman sekelasku?

 Ini membuatku mengeluarkan lebih banyak tenaga, lalu aku memesan taksi di smartphoneku.

 Setelah memastikan bahwa itu akan datang ke rumahku dalam waktu sekitar sepuluh menit, aku memberi tahu Otosaki hal yang sama.

 "Lupakan hari ini. Aku juga akan melupakannya. Anggap saja kita hanya teman sekelas yang cukup mengenal satu sama lain."  (Rintaro)

 "...... Apapun yang terjadi?"  (Rei)

 "Apapun yang terjadi."  (Rintaro)

 "Aku mengerti. Aku akan berusaha."  (Rei)

 Aku tidak ingin dia melakukannya dengan keras sih, tapi———— Yah, dia tampaknya sudah merenungkannya, jadi aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi.

 Ketika aku memeriksa di luar jendela, aku melihat bahwa taksi baru saja tiba.

 Aku akan mengantarnya sampai pintu depan.  Ada kemungkinan orang lain akan melihat kita jika aku melakukan lebih dari itu.

 ".......Selamat tinggal."  (Rei)

 "Ya. Aku jadi lebih percaya diri sekarang.... Kamu sudah mengatakan bahwa masakanku rasanya enak. Jadi terima kasih untuk itu...." (Rintaro)

 "Aku juga senang Shidou-kun begitu baik padaku. Jadi, meskipun kamu mengatakan sebelumnya bahwa kita adalah teman sekelas yang saling mengenal dengan baik ...... bisakah kamu setidaknya memaafkanku jika aku menganggapmu sebagai temanku?."  (Rei)

 Apakah itu buruk?

 Otosaki memiringkan kepalanya dengan agak gelisah dan menanyakan pertanyaan ini padaku.

 Jika ada seorang pria yang bisa menjawab tidak untuk pertanyaan ini, aku ingin kau membawanya kepadaku.

 "......Aku mengerti. Bagaimanapun juga, kita adalah teman sekelas. Jadi itu wajar."  (Rintaro)

 "Syukurlah. Aku senang."  (Rei)

 "Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu senang berteman denganku....... Yah, terserahlah. Sampai jumpa di sekolah."  (Rintaro)

 "Yup. Sampai jumpa di sekolah."  (Rei)

 Setelah mengatakan itu, Otosaki meninggalkan kamarku.

 Mungkin karena dia sudah masuk taksinya, jadi taksi yang diparkir di lantai bawah mulai bergerak.

 "Haa......" (Rintaro)

 Hari yang melelahkan, termasuk bekerja.

 Saat aku mencuci piring bekas kami berdua, aku berpikir lagi tentang kejadian hari ini.

 Tidak buruk jika orang lain makan makananmun dengan bersama.  Ini bahkan merupakan pengalaman yang menyenangkan , tetapi pada saat yang sama, aku berharap ini tidak akan pernah terjadi lagi.

 Namun, bertentangan dengan keinginanku, kehidupan damaiku akan hancur keesokan harinya――――.

~•~


Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Dukung Kami

Related Posts