Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 2

 

Chapter 2: Idola yang lapar (Bagian 2)


 Sepulang sekolah, aku langsung menuju ke tempat kerja paruh waktuku.

 Tempat aku bekerja adalah sebuah kamar di sebuah gedung apartemen yang berjarak sekitar lima belas menit berjalan kaki dari stasiun.  Ketika aku membuka pintu depan, aku melihat beberapa pasang sepatu berantakan dan sepertinya terdapat kehadiran beberapa orang.

 Ketika aku membuka pintu di ujung koridor lurus, ada orang dewasa yang sedang bekerja memindahkan pena mereka.

 Wanita yang duduk di ujung adalah bosku, seorang mangaka, Yuzuki Himiko-sensei.
 
 "Terima kasih atas kerja kerasmu, aku membelikanmu minuman energi."  (Rintaro)

 Saat aku mengangkat tas dari toko serba ada di tanganku, semua orang menoleh ke arahku secara bersamaan.  Mungkin mereka belum tidur sama sekali, mata mereka merah, mereka sedikit menakutkan.

 "Rintarooooo~! Terima kasihhhh~!"  (Himiko)

 "Sensei, kamu membuatku takut. Sudah berapa lama kamu tidak tidur?"  (Rintaro)

 "Jangan khawatir, ini baru dua malam."  (Himiko)

 "Tidak apa-apa sama sekali!."  (Rintaro)

 Aku menghela nafas dan membagikan minuman energi kepadanya dan asistennya.

 Ini adalah tempat kerja mangaka yang sukses, Yuzuki Himiko-sensei.

 Aku bekerja sebagai asistennya, dan aku bertanggung jawab untuk menggambar latar belakang dan menerapkan nada.

 Aku biasanya datang ke sini ketika hari libur, tetapi ketika keadaan menjadi sulit, aku datang ke sini sepulang sekolah untuk membantunya.

 "Haa~......, kamu adalah sepupu yang baik yang aku miliki, ya."  (Himiko)

 "Minuman energi hanya tindakan sementara, jadi tidurlah segera setelah kamu selesai."  (Rintaro)

 "Kamu tidak perlu memberitahuku. Kurasa aku akan pingsan."  (Himiko)

 "Kamu akan mati muda lho......" (Rintaro)

 Seperti yang Yuzuki-sensei katakan, dia dan aku adalah saudara.  Inilah mengapa dia mempekerjakanku, dan sekarang aku telah mempelajari pekerjaan itu dan aku adalah bantuan yang sangat di butuhkan di tempat kerja ini――atau begitulah yang dia pikirkan.

 "Aku akan mulai bekerja."  (Rintaro)

 Aku duduk di kursi yang disiapkan untukku dan menerima naskah dengan gambar garis dari Yuzuki-sensei. Aku menggambar latar belakang dengan komposisi seperti yang ditentukan, dan menempatkan nada di posisi yang sudah ditentukan.  Ini bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi karena aku sudah terbiasa, aku jadi tidak merasa kesulitan lagi.

 Lagu MilleSta baru yang sedang dibicarakan hari ini aku putar di earphoneku saat aku bekerja dalam keheningan.

 "――――Rintaro, sudah waktunya kamu pulang."  (Himiko)

 "Apa, tapi aku belum selesai."  (Rintaro)

 "Ini sudah jam 9 malam. Aku tidak bisa membiarkan anak kecil bekerja lebih lama lagi. Ditambah lagi, tinggal satu halaman saja yang tersisa, jadi aku cukup yakin aku bisa menyelesaikannya."  (Himiko)

 "......Begitu. Maaf, kalu begitu aku permisi dulu."  (Rintaro)

 "Yup! Sampai jumpa lagi!"  (Himiko)

 Yuzuki-sensei tiba-tiba bersemangat oleh prospek naskah itu, dan dia mengacungkan jempolnya.

 Dia biasanya menggambar dengan kecepatan yang stabil, tetapi fakta bahwa dia bekerja sampai tepat sebelum tenggat waktu berarti dia telah berusaha keras untuk menggambar ceritanya.

 Faktanya, manuskrip yang aku lihat saat dia bekerja memiliki kualitas yang lebih tinggi dari biasanya dan membuatku menarik napas beberapa kali.

 Awalnya, Yuzuki-sensei adalah orang yang artistik, dan dia sangat serius tentang karyanya.  Itulah sebabnya dia menyelesaikan pekerjaannya tanpa kompromi, dan aku merasa kasihan pada asistennya yang harus ikut dengannya terlepas dari pekerjaan mereka.

 Mereka terlihat seperti orang mati.  Sungguh mengherankan mereka masih hidup.

 "T-terima kasih atas kerja kerasmu ......" (Rintaro)

 Setelah aku mengatakan itu, zombie berwajah biru――――tidak, maksudku, para asisten, melambaikan tangannya kepadaku.  Sejujurnya, aku merasa sedikit takut.

 Aku meninggalkan apartemennya dan menuju stasiun.

 Rumahku berjarak tiga stasiun dari tempat kerja Yuzuki-sensei, jadi totalnya lima stasiun jika dari sekolah.
 
 Aku turun dari kereta di stasiun terakhir, bersama sekelompok pekerja kantoran yang baru saja selesai bekerja lembur.

 Mungkin karena waktu sudah larut, tapi aku merasa sedikit lega melihat pemandangan yang sama seperti biasanya di depan stasiun.

 Namun, di tengah semua itu, sebuah mobil mewah yang bisa disebut kendaraan luar negri, tiba-tiba membuat kehebohan.

 (Siapapun yang mengendarai mobil itu.... pasti tinggal di sekitar sini.)

 Aku pikir mereka pasti tidak punya masalah dengan keuangan.  Betapa irinya aku.

 Dengan nada sarkasme dalam suaraku, aku akan melanjutkan perjalanan pulang seperti biasa.

 Namun, mau tak mau aku berhenti ketika melihat sesosok tubuh keluar dari mobil mewah itu.

 Dia memiliki rambut pirang yang indah dan gaya yang jauh melebihi seorang siswa sekolah menengah.――――Dia tampaknya telah menyamar dengan topi di kepalanya dan topeng serta kacamata hitam di wajahnya, tapi dia pasti idola yang populer saat ini, Otosaki Rei.

 Itu mungkin mobil untuk trasportasinya.  Setelah turun dari mobil, Otosaki dan pengemudinya sepertinya saling berbicara satu atau dua kata, lalu meninggalkan dia di stasiun.

 Mungkin karena area di depan stasiun jarang penduduknya, dan sepertinya tidak orang ada yang memperhatikan keberadaan Otosaki sejauh ini juga.

 Jika itu masalahnya, akan lebih baik bagiku untuk pergi tanpa terlibat.  Dia dan aku sudah menjadi teman sekelas sejak musim semi ini, dan kami bukanlah teman atau apa pun.

 Selain itu, aku juga tidak ingin bertanggung jawab atas skandal apa pun yang mungkin muncul karenaku.

 Akubkemudian berjalan melewatinya, dan berpura-pura tidak memperhatikannya sama sekali.

 Saat itulah masalah terjadi.

 "......!"

 Tiba-tiba, tubuh Otosaki ambruk.  Aku secara refleks meraih tubuhnya dan menopangnya sebelum dia menyentuh tanah.

 Melalui kacamata hitamnya, mataku bertemu dengan matanya yang berwarna kebiruan.

 "Shidou...-kun?"  (Rei)

 "Y-yo, kebetulan sekali. Aku baru saja akan memanggilmu tapi kamu malah tiba-tiba jatuh, itu mengejutkanku."  (Rintaro)

 Aku tersenyum jauh dan berbicara dengan nada suara yang lembut.  Dia ini adalah gadis puncak dalam hierarki kelas.

 Jika aku memberinya kesan yang buruk dengan nada suaraku yang biasa, aku tidak tahu bagaimana lagi aku akan diperlakukan di kelas.

 Jika kamu berada di posisi Otosaki, kamu dapat mengganggu kehidupan sekolah menengah dari teman sekelas yang tidak kamu sukai dengan satu kata saja ...... Seperti yang diharapkan, apakah aku terlalu melebih-lebihkan??

 "Ugh ......" (Rei)

 "Kamu terlihat tidak sehat, apakah kamu ingin aku memanggil ambulan? Jika kamu tidak nyaman denganku, aku bisa memanggil orang dewasa untuk saat ini――――" (Rintaro)

 "Aku lapar."  (Rei)

 "...Hah?"  (Rintaro)

 Perut Otosaki menggeram keras.  Sepertinya, semua penampilannya yang tidak sehat ini berasal dari rasa lapar di perutnya.

 "......Aku khawatir kamu akan kehilangan kesadaran."  (Rintaro)

 "Auuu."  (Rei)

Aku tanpa sengaja menarik tanganku dari punggungnya, lalu ia pun terjatuh. Setelahnya, aku pun mau tak mau menatapnya dengan tatapan penuh rasa penyesalan.

 "A-AAAH!, Salahku――――bukan, maksudku, maaf ya! Kupikir kamu sedang tidak enak badan, jadi aku lengah! Hahaha!"  (Rintaro)

 "......Kamu jahat."  (Rei)

 "Ugh."  (Rintaro)

 Aaa, aku tidak bisa menipunya.

 Waktu yang tepat, aku mulai bosan dengan senyuman yang aku paksakan ini.  Aku hanya akan memperlakukannya seperti yang selalu kulakukan.  Jika aku nanti akan mendapatkan reputasi buruk, tidak ada gunanya mencoba membuatnya bersikap lebih baik.

 "Tsk....... dan kau bilang kau sedang kelaparan. Di zaman sekarang ini, apakah itu cukup untuk membuatmu tidak bisa bergerak? Bisa-bisanya."  (Rintaro)

 "Aku tidak tahu kamu akan berbicara seperti itu, Shidou-kun ......" (Rei)

 "Itu tidak penting sekarang. Ceritakan saja tentang apa yang terjadi padamu."  (Rintaro)

 "...... Biasanya tidak seburuk ini. Tapi latihan hari ini spesial. Aku lelah, lapar, dan aku tidak bisa bergerak lagi."  (Rei)

 "Latihan ......" (Rintaro)

 Seperti yang diharapkan dari idola top.  Untuk memberikan penampilan terbaiknya di depan publik, dia harus bekerja keras setiap hari.

 "Selama kau makan, apakah kau bisa bergerak lagi?"  (Rintaro)

 "Mungkin ......" (Rei)

 "Mungkin, yah lebih baik. Okelah, mau bagaimana lagi. Aku akan pergi dan mengambil――――."  (Rintaro)

 Saat aku akan mengatakan 'membawakanmu sesuatu untuk dimakan', aku menutup mulutku.

 Bahkan jika aku pergi ke toko terdekat, aku akan meninggalkannya di sini selama sekitar lima menit.  Selain itu, meski tempatnya tidak ramai, nanti dia akan mulai menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

 Hanya masalah waktu sebelum orang mengetahui bahwa dia adalah Otosaki Rei, dan ada kemungkinan nanti ada seseorang dengan niat jahat akan menculiknya dan membawanya ke suatu tempat saat aku pergi.

 Meski kami tidak dekat, itu bukanlah masalah yang bisa dianggap remeh.

 "Aku mungkin terlalu khawatir, tapi ini untuk jaga-jaga. Jika kamu tidak keberatan, ikutlah denganku."  (Rintaro)

 "Apa?"  (Rei)

 Aku memunggungi dia dan berjongkok di depannya.

  "Aku akan menggendongmu di punggungku. Ayo, naiklah."  (Rintaro)

 "Kau akan membawaku kemana?"  (Rei)

 "Ke rumahku. Aku akan membuatkanmu makanan."  (Rintaro)

 "Apakah itu akan baik-baik saja?"  (Rei)

 "Asalkan kamu baik-baik saja tidak apa-apa. Tapi jika kamu tidak ingin pergi ke rumahku, aku bisa mengantarmu ke restoran terdekat. Aku harus segera memasak daging ini agar tidak busuk, jadi aku ingin bergegas pulang."  (Rintaro)

 "Kau ternyata lebih sederhana dari yang aku bayangkan ......" (Rei)

 "Maaf kalau aku mengecewakanmu, aku sadar itu bukan karakterku. Jadi, mana pilihanmu?"  (Rintaro)

 "......Kalau begitu, aku akan pergi ke rumah Shido-kun. Aku tertarik dengan masakan Shido-kun."  (Rei)

 "Begitukah? Sebenarnya bukan masalah besar sih. Tapi kalau kamu nanti kecewa, jangan salahkan aku, oke."  (Rintaro)

 Otosaki, yang nyaris tidak menggerakkan tubuhnya, meletakkan tubuhnya di punggungku.

 Dua tonjolan besar menghantam punggungku melalui seragam dan aku menjadi tegang, tetapi aku tetap harus berdiri, mencoba untuk menyingkirkan pikiran nakal itu.

 Meskipun aku mengendongnya, ternyata tubuh Otosaki cukup ringan dari apa yang aku bayangkan.

 Apakah ini juga misteri dari tubuh seorang wanita――――.

 "Kalau begitu, ayo pergi."  (Rei)

 "Mengapa kamu mengatakan itu, kan kamu yang memimpin."  (Rintaro)

 Dia mungkin belum mengetahui bahwa dia adalah Otosaki.  Jadi aku segera berjalan ke rumahku sebelum menjadi rumor yang buruk.

~•~


Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Dukung kami

Related Posts