Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 28

 

Chapter 28: Mereka yang khawatir (Bagian 5)


 Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka dengan suara yang lumayan keras dan Mia muncul di ruang tamu.

 "Hei, maaf karena menghubungimu selaru ini, ya?"  (Mia)

 "Tidak apa-apa, aku besok libur. Kamu suka kopi hitam, kan?"  (Rintaro)

 "Yup. Aku paling suka apa adanya."  (Mia)

 Aku mempersilahkannya untuk duduk di sofa dan meletakkan secangkir kopi di depannya.

 Dia menyesap dari cangkir sambil berkata, "Ayo minum.".
 
 "Kamu selalu menyeduh kopi yang sangat enak, ya?"  (Mia)

 "Aku selalu menyukai kopi, jadi aku menyeduhnya sendiri setiap hari dan sekarang aku yakin untuk membuatnya seperti halnya memasak."  (Rintaro)

 "Kamu tahu apa yang mereka katakan, kontinuitas adalah kuncinya. Aku pikir aku akan mencoba belajar membuat kopi sendiri ......" (Mia)

 Mia menyesap kopinya dengan gembira.

 Suatu kehormatan untuk diapresiasi, tapi aku yakin dia tidak datang ke sini hanya untuk membahas kopi, kan.

 "Jadi, ada apa? Apa yang membuatmu begitu penting sehingga kamu harus mengunjungi kamar anak laki-laki selarut ini?"  (Rintaro)

 "Ya, mmm...... aku tidak tahu apakah ini penting atau tidak."  (Mia)

 Dia meletakkan cangkirnya kembali di atas meja, matanya melirik sedikit.

 "Apakah kamu memperhatikan sesuatu yang aneh tentang Rei dan Kanon akhir-akhir ini?"  (Mia)

 "......Maksudmu?"  (Rintaro)

 "Hmm gimana ya, agak sulit untuk mengatakannya. Tapi, apakah kamu menemukan sesuatu yang tidak biasa dalam sikap mereka atau semacamnya?"  (Mia)

 Begitu ya. Sepertinya gadis ini khawatir tentang mereka berdua yang terlihat seperti sedang bermasalah, jadi dia datang ke sini untuk bertanya tentang mereka.

 "Aku tidak akan menjelaskan detailnya karena alasan privasi, tetapi kelihatannya mereka berdua sedang memiliki banyak pikiran. Kanon bahkan menghubungiku beberapa hari yang lalu dan mengatakan dia ingin membicarakannya denganku seperti saat ini."  (Rintaro)

 "Aku mengerti. Ternyata Rintaro-kun sangat populer, ya."  (Mia)

 "Terima kasih untuk itu."  (Rintaro)

 "Muuu, reaksimu tidak pantas untuk diejek. Aku mengharapkan reaksi yang lebih antusias."  (Mia)

 "Jika itu yang kamu cari, maka pergilah ke Kanon dan dengarkan saja kekhawatirannya."  (Rintaro)

 "Aku tidak perlu mendengarkannya dari dia. Aku yakin ini tentang dia yang merasa lebih rendah dariku dan Rei atau semacamnya, kan?"  (Mia)
 
 Tanpa diduga, aku menghentikan tanganku yang akan mengambil kopi.

 Pada saat aku menyadari bahwa ini seperti membuktikan kata-katanya benar, sudah terlambat

 "Aku sudah tahu itu........ Jadi jangan khawatir. Bukan karena kamu mudah ditebak atau apa, hanya saja aku sudah merasakan tanda-tanda ini selama sekitar satu tahun ini."  (Mia)

 "Jadi selama ini kamu memperhatikannya."  (Rintaro)

 "Yah, bagaimanapun juga, ini adalah masalah rekan satu tim, dan aku yakin Rei entah bagaimana juga menyadarinya."  (Mia)

 "Jadi, bagaimana menurutmu tentang kekhawatiran Kanon?"  (Rintaro)
 
 "Aku tidak terlalu memperdulikan dan memikirkannya, karena itu sangat konyol."  (Mia)

 Mia, dengan tegas, menganggap kekhawatiran Kanon sebagai hal yang sepele.

 Aku kehilangan kata-kataku, tapi dia terus melanjutkan.

 “Kau tahu, Kanon jauh lebih berbakat dari yang kamu kira. Dia mungkin merasa bahwa dia hampir tidak bisa mengikuti kita, tapi itu sama jika dari sudut pandangku juga. Tidak ada hari yang berlalu tanpa aku mencoba untuk mengikuti Rei dan Kanon, atau aku akan meninggalkan mereka.―――― Aku percaya, kita semua memiliki kekhawatiran yang sama, tanpa terkecuali."  (Mia)

 "......Begitu. Jadi itu yang kamu maksud dengan konyol."  (Rintaro)

 Kekhawatiran Kanon agak tidak berdasar.

 Mereka benar-benar grup yang hebat.

 Setiap anggota tidak memandang rendah satu sama lain, dan tidak ada perbedaan di antara mereka jika dilihat dari luar. 

 Mereka bertiga memang sangat cocok. Dan itu pasti tidak lain dari mereka bertiga.  Keseimbangan mereka sedemikian rupa sehingga membuat orang percaya begitu saja.
 
 Pesona dan bakat individu mereka tumpang tindih seperti mille-feuille. Itulah sebabnya mereka adalah "Mille-feuille Stars".

 "Rei adalah orang yang aku tidak mengerti. Memang benar bahwa bahkan kita kadang-kadang merasa sedikit gugup sebelum pertunjukan langsung, tapi akhir-akhir ini, dia lebih gelisah dari biasanya......" (Mia)

 Dia sepertinya belum mengetahui tentang situasinya Rei.

 Rei tampaknya tidak terlalu tertutup tentang masalah ini kepadaku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi jika itu Mia, dia mungkin bisa lebih dekat untuk mendukungnya―――. 

 "Aku hanya mendengar sedikit tentang itu. Dia bilang ayahnya akan datang ke konser berikutnya."  (Rintaro)

 "Aah, ternyata begitu ya. Ayahnya Rei menentang aktivitas idolanya...... jadi tidak heran jika dia merasa sangat tertekan."  (Mia)

 Mia berhenti dan menyesap satu atau dua teguk kopinya yang sudah agak dingin. Dia kemudian menghela nafas, agak lega.

 "Terima kasih, Rintaro-kun. Aku bisa mendapatkan sedikit kelegaan dari apa yang menggangguku."  (Mia)

 "Sama-sama. Kamu sangat perhatian kepada teman-teman Anda, bukan?"  (Rintaro)

 "Itu benar. Kami bertiga adalah satu. Jika salah satu dari kami hilang, maka kami bukan lagi Mille-Feuille Stars――――. Karena kami bekerja dengan pola pikir seperti itu."  (Mia)

 Meskipun dia mengatakan ini dengan sedikit bercanda dan ceria, tapi aku merasa dia bersungguh-sungguh.

 Mungkin dialah yang paling memikirkan Mille-Feuille Stars.

 "Hei, Rintaro-kun, kenapa kamu melakukan begitu banyak untuk kami?"  (Mia)

 "Hah?"  (Rintaro)

 "Kamu tahu, kamu tidak harus seperti ini untuk mendengarkan masalah seseorang dengan cara yang ramah. Aku bisa mengerti jika kita sudah berteman lama, tapi kita baru saling kenal selama kurang dari dua bulan, bukan? Jadi aku bertanya-tanya apakah kamu tidak merasa terganggu jika harus mendengarkan kami."  (Mia)

 "......Aku tidak berpikir ini menggangguku kok."  (Rintaro)

 Aku menyesap kopiku untuk merangkum pikiranku.

 Lalu aku meletakkan cangkirku dan membuka mulutku lagi.

 "Ketika aku masih kecil, aku ingin menjadi 'sesuatu' yang bisa membuat orang lain tersenyum."  (Rintaro)

 "Sesuatu?"  (Mia)

 "Seperti pahlawan yang menyelamatkan orang dan melindungi senyum mereka, atau dokter, atau... komedian yang membuat orang tertawa. Aku memiliki mimpi yang memalukan bahwa aku ingin melihat banyak orang tersenyum."  (Rintaro) 

 Kemunduran datang hari dimana ketika ibuku meninggalkanku dan pergi.

 Pada hari itulah aku mulai memikirkan berbagai hal dengan cara yang sangat realistis. 

 "Tapi sebelum aku lulus SD, aku menyadari bahwa itu tidak mungkin. Aku tidak punya kekuatan untuk membuat banyak orang tersenyum. Paling-paling, aku adalah orang yang lemah yang hanya bisa membuat satu orang di depanku tersenyum" (Rintaro)
 
 "......" (Mia)

 "Jadi aku sedikit mengagumi kalian gadis-gadis yang berdiri di atas panggung dan memukau penonton. Kurasa kalian bisa bilang aku sedang memimpikan masa lalu. Pokoknya, aku mengagumi kalian karena melakukan apa yang tidak bisa kulakukan."  (Rintaro)

 Jadi aku ingin membantu.

 Itulah yang aku pikirkan.

 "Tentu saja, itu dengan asumsi aku memiliki kontrak dengan Rei. Jika bukan karena kontrak Rei, aku tidak akan tahu banyak tentang kalian berdua, dan aku mungkin tidak akan terlalu menghormati kalian."  (Rintaro)

 "Fufu, kamu bahkan bukan penggemar pada awalnya."  (Mia)

 "Haha, itu benar."  (Rintaro)

 Rasanya baru kemarin Rei mengajakku ke studio Fantasista Entertainment.

 Hubunganku dengan Mia dan Kanon dimulai sejak hari itu.

 "Jika dukunganku dapat membantu Rei―――― maksudku, Mille-Feuille Stars, maka mungkin aku yang lama bisa sedikit hidup kembali. Itulah yang aku pikirkan."  (Rintaro)

 "......Ternyata begitu. Aku mengerti persis apa yang kamu maksud."  (Mia)

 Mia meminum sisa kopinya dan kemudian berdiri.

 "Maaf sudah memintamu menemaniku begitu lama sampai kopinya dingin. Kalau begitu aku pamit dulu."  (Mia)

 "Baiklah. Aku senang mendengar bahwa kamu mendapat sedikit kelegaan dari masalahmu."  (Rintaro)

 Mungkin karena ini musim hujan, tapi aku mendapat kesan bahwa semakin banyak orang yang mengalami masalah. 
[TL//N: Saya mungkin nggak tau maksud dari 'musim hujan', mungkin ini bisa membantu: https://www.tsunagujapan.com/5-awful-things-about-japans-rainy-season/]

 Aku berharap aku bisa menjadi yang pertama membantu Rei dengan masalahnya, tetapi hidup tampaknya tidak berjalan dengan baik.

 "Ah, benar. Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu sebelum aku pergi."  (Mia)

 "Hmm.......?"  (Rintaro)

 "Kamu sudah membuat cukup banyak orang tersenyum, mereka adalah Rei, Kanon...... dan bahkan aku."  (Mia)

 Dia kemudian membelakangiku dengan senyum nakal di wajahnya.

 "Sampai jumpa besok, Rintaro-kun."  (Mia)

 "......! Mia! Umm....... Terima kasih ya."  (Rintaro)

 "Fufu, sama-sama."  (Mia)

 Selamat malam----

 Setelah mengatakan itu, Mia meninggalkan kamarku.

 Setelah aku ditinggalkan sendirian, aku kemudian menatap ke langit-langit, dengan lemah.

 Aku merasa seolah-olah hatiku telah dihargai, dan seolah-olah aku juga telah diselamatkan. Tapi satu-satunya hal yang menggangguku adalah Rei.

 "Apakah tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya ....?"  (Rintaro)

 Aku tahu itu dengan baik. Itu bukan jenis hubungan di mana aku bisa terlibat dalam urusan keluarganya.  Jika orang luar mencoba mengeluh tentang sesuatu, pihak lain tidak memiliki kewajiban untuk mendengarkan.

 Tetapi bahkan jika itu masalahnya.

 Sebuah pikiran samar mulai berputar di dalam diriku, bertanya-tanya apakah itu benar-benar hal yang benar untuk dilakukan.

 Aku merasa seperti masih ada yang bisa aku lakukan.

~•~

Admin mengucapkan minta maaf buat para pembaca setia Nekomaid, karena saat ini admin sudah jarang update novel lagi dikarenakan sudah sibuk di RL, nantilah kalau ada waktu luang dan sempat akan saya terjemahin bab selanjutnya dan novel yang lainnya ☺

<<Sebelumnya|Semua|Selanjutnya>>

Dukung kami
Terbaru Lebih lama

Related Posts