Daininki Idol na Classmate ni Natsukareta, Isshou Hatarakitakunai Ore Volume 1 Chapter 7

 

Chapter 7: Uang = Kekuasaan (Bagian 4)


 "Hei, apakah kamu berubah sedikit, Rintaro?"  (Yukio)

 "Hah?"  (Rintaro)

 Ketika aku sedang mengganti pakaian untuk pelajaran olahraga jam pertamaku, Yukio tiba-tiba menanyakan pertanyaan itu kepadaku.

 Dia memiringkan kepalanya, sepertinya ekspresi kebingungan di wajahku adalah kejutan baginya.

 "Kau tidak menyadarinya? Sepertinya kamu menjadi lebih santai."  (Yukio)

 "...... lebih banyak waktu luang, ya?"  (Rintaro)

 Aku bertanya-tanya apakah itu karena standar hidupku telah meningkat secara signifikan.  Mungkin, Itu karena aku menjalani kehidupan yang lebih santai dari sebelumnya.

 "Mungkin kamu punya... pacar atau yang lain?"  (Yukio)

 "Tidak, tidak mungkin itu terjadi. Ketika aku mendapatkan pacar, itu akan menjadi hari ketika aku menemukan seseorang yang dapat memenuhiku selama sisa hidupku. Yah, aku tidak akan mencari pasangan sampai aku lulus dari kuliah."  (Rintaro)

 "Itu benar......! Ternyata aku hanya salah paham saja!"  (Yukio)

 Mengapa orang ini terlihat begitu bahagia bahwa aku tidak punya pacar?

 Jangan bilang, dia tipe pria yang tidak bisa mentolerir kebahagiaan orang lain sementara dia sendiri populer?

 "Ngomong-ngomong, apa yang terjadi pada gadis yang menyatakan cintanya padamu sebelumnya. Bukankah kamu bilang dia gadis yang cukup baik?"  (Rintaro)

 "Yah......Tapi itu berbeda dari memiliki hubungan kekasih atau semacamnya. Aku tidak bisa memaksa diriku untuk menyukainya sebagai lawan jenis....... Jika dia ingin menjalinpersahabatan, maka itu ada masalah sama sekali, pada kenyataannya, aku akan menyambutnya."  (Yukio)

 Yukio, cowok tampan dengan wajah agak imut, relatif populer sejak masih duduk di bangku SMP.

 Dengan wajah yang ikemen dan kepribadian yang baik, tidak heran jika dia populer.

 Namun, ada sisi negatifnya, karena dia pernah menjadi korban seorang gadis mirip penguntit yang telah ditolak olehnya.  Saat itu, aku selalu pulang bersamanya setiap hari untuk menemaninya, dan akhirnya, ketika dia masuk SMA, dia pindah rumah dengan keluarganya dan masalahnya sudah hilang.

 Ayahnya awalnya berencana membeli rumah, jadi itu tidak membuatnya kerepotan lagi.

 "Tidak ada kewajiban untuk menerima cintanya jika ada seseorang menyukaimu, dan kamu tidak perlu mengkhawatirkannya. Kamu hanya bisa menunggu sampai kamu sendiri jatuh cinta pada seseorang."  (Rintaro)

 "Ya, ......, itu benar. Aku akan melakukannya!"  (Yukio)

 Untuk beberapa alasan, suara Yukio tiba-tiba menjadi ceria, dan dia menatapku dengan mata yang bersinar.

 Sepertinya masalahnya sudah terpecahkan.  Wah, senang rasanya bisa membantu sahabatku.

 Setelah selesai berganti pakaian, kami langsung pergi ke aula.

 Sejujurnya, sekitar setengah dari pelajaran olahraga SMA hanya bermain, dan selama kau tidak menyimpang dari permainan yang ditentukan, kau akan memiliki banyak waktu luang.  Apalagi pada hari-hari bola voli seperti hari ini, separuh dari siswa selalu harus beristirahat di dekat tembok karena keterbatasan lapangan.

 "Oioi, lihat, lihat Otosaki-san."

 "Whoa, seperti biasanya dia sungguh luar biasa."

 Sementara aku sedang mengantri dengan Yukio untuk giliranku, anak laki-laki di dekatku melirik Rei saat dia bergerak di lapangan.

 Performa Rei setara dengan tim voli sungguhan, mungkin karena dia sudah atletis sejak awal.  Kecepatan pukulannya sungguh luar biasa sehingga bahkan anak laki-laki pun tidak yakin apakah mereka bisa menanganinya atau tidak.

 Tapi ketika dia bergerak seperti itu, dia secara alami menarik perhatian anak laki-laki.

 Terutama, dia memiliki tubuh yang————, karena sulit memilih kata yang lebih baik, dia tidak terlihat seperti murid SMA pada umumnya.

 Kau tidak bisa menyalahkan anak laki-laki untuk meliriknya karena adanya "bagian tertentu" dari tubuhnya yang sudah membuatku kesal pagi ini.

 Jadi aku tidak bisa menyalahkan anak laki-laki karena memiliki pandangan yang mesum seperti itu.

 "Rintaro, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba melihat sekeliling."  (Yukio)

 "Tidak, hanya saja aku merasa lebih segar mengetahui bahwa ada orang yang lebih vulgar dariku."  (Rintaro)

 "Benar-benar menyegarkan bagimu, ya?"  (Yukio)

 Untuk beberapa alasan, Yukio menatapku dengan kasihan.

 Rasanya aneh, meskipun aku hanya berbicara tentang apa yang sebenarnya aku rasakan.

 --Hah?  Berarti aku tidak jauh berbeda dengan anak laki-laki itu?

 "......"

 Yah, apa pun.  Lebih baik aku berhenti memikirkannya sebelum aku menyadari bahwa dia merasa jijik kepadaku.

 Waktu berlalu dan sudah waktunya makan siang.

 Aku berhadapan dengan Yukio, dan menyebarkan kotak makan siang kami.

 Omong-omong, isi makan siangku setengah berbeda dari milik Rei.

 Miliknya sebagian besar adalah makanan buatan sendiri, sementara milikku sekitar setengahnya adalah dari makanan beku.

 Tentu saja, alasannya adalah untuk mencegah orang lain salah paham tentang lauk dalam makan siang kami.

 "Ada beberapa hal yang aku kagumi darimu Rintaro, salah satunya adalah fakta bahwa kamu membuat makan siaangmu sendiri setiap hari. Kalau aku tidak akan pernah bisa melakukan itu."  (Yukio)

 "Pada awalnya aku juga kesulitan, tapi seiring waktu aku menjadi terbiasa. Lagipula ini juga untuk masa depanku."  (Rintaro)

 "Itu benar-benar seperti dirimu yang menjadi tabah karena tidak ingin bekerja, ya ......" (Yukio)

 Aku memasukkan makanan ke dalam mulutku.  Mm, enak meski sudah dingin.

 Sebagian besar lauk buatan sendiri di kotak makan siangku adalah daging dan kentang.

 Wortel dan kentangnya dimasak dengan baik dan manis, mungkin karena direbus kemarin dan direndam dalam bumbu semalaman. Belum lagi daging dan bawang rasaya juga sangat enak.

 "Whoaa~! Kotak makan siang Otosaki-san sangat cantik!"

 Suara itu tiba-tiba muncul dari arah gadis-gadis yang mengelilingi Rei.

 Dia biasanya dikelilingi oleh orang-orang, tetapi hari ini ada banyak orang yang mengelilinginya.

 Alasannya sepertinya adalah kotak makan siang yang aku buat untuknya.

 "Apakah ibumu yang membuatnya?"

 "Ee .... Oh tidak, tidak."  (Rei)

 "Eh⁉ Kalau begitu, mungkin kamu yang membuatnya ...... sendiri⁉"

 "Y――yup, aku yang membuatnya."  (Rei)

 "Wow! Luar biasa! Bukankah kamu selalu sibuk setiap hari⁉"

 "Aku memang sibuk, tapi...... nutrisi itu penting."  (Rei)

 Jawaban Rei membuat orang-orang di sekitarnya berteriak kagum.

 Dia tampak agak menyesal, mungkin karena dia bilang dia membuatnya sendiri.

 Aku nanti akan memujinya karena sudah membuat alasan yang bagus.

 "Hee, menjadi idola itu luar biasa, dan kamu bahkan memasak makananmu sendiri. Itu sungguh luar biasa."

 "Itu benar. Aku benar-benar tidak percaya bahwa kamu seumuran denganku."

 "Hmm? Rintaro, apa yang membuatmu tersenyum?"  (Yukio)

 "Ah, daging dan kentang yang kubuat rasanya sangat enak."  (Rintaro)

 "Apakah memang seenak itu? Bolehkah aku minta?"  (Yukio)

 "Tentu. Ini, aku akan menaruhnya di atas nasimu."  (Rintaro)

 Senang rasanya dipuji atas sesuatu yang sudah aku buat sendiri, meskipun itu secara tidak langsung.

 Aku menyerahkan laukku kepada Yukio dalam suasana hati yang baik dan merasa sedikit puas.

 ◇ ◆ ◇.
 
 "Maaf, Rintaro."  (Rei)

 "Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba minta maaf?"  (Rintaro)

 Ketika Rei kembali ke rumahku setelah menyelesaikan latihan idolnya, dia membungkuk padaku begitu dia memasuki kamarku.

 "Maaf, karena aku yang menerima pujian...... untuk makan siang yang dibuat Rintaro untukku."  (Rei)

 "Ah, ternyata tentang itu."  (Rintaro)
 
 Sepertinya, dia terlihat sangat menyesal ketika dia memberi tahu kepada teman-teman sekelasnya bahwa dia yang membuat makan siangnya sendiri.
 
 Aku bersyukur dia menghormatiku, tapi sepertinya dia terlalu berlebihan.
 
 "Aku tidak keberatan. Malahan sebaliknya, kamu sudah membuatnya terlihat alami karena kamu mengatakan membuatnya sendiri dan itu terlihat seperti kamu yang membuatnya sendiri. Menurunkan resiko adalah hal yang baik, kau tahu."  (Rintaro)

 "...... Itu membuatku merasa sedikit lebih baik, mendengarmu mengatakan itu."  (Rei)
 
 "Pokoknya! Jangan pernah membicarakan diriku saat berada di luar. Membicarakan apun tidak masalah, asalkan kamu menyimpannya untuk melindungi dirimu sendiri."  (Rintaro)

 "Aku mengerti ....... Aku akan melakukan itu."  (Rei)

 Rei adalah gadis yang baik.  Meskipun dia terkadang lepas kendali, tetapi dia itu orang yang jujur, penuh perhatian, dan memiliki keyakinan.

 Ketika dia pertama kali mengatakan hal yang egois, aku pikir dia gadis yang gila, tetapi sekarang kesan itu sudah hilang. 

~•~


Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Dukung Kami

Related Posts