When I Lent 500 Yen to a Friend, He Sent His Sister as Collateral, but What Should I Do? Volume 1 Chapter 1 Part 2


Chapter 1 Part 2: Kisah Bagaimana Temanku Mengirim Adiknya Kepadaku Untuk Hutang 500 Yen

*

 “Eh!?”

 “…..?  Senpai?”

 Apa itu tadi?  Sebuah kilas balik dari kenangan masa laluku?  Apakah aku akan mati?  Tidak, aku sedang tidak dalam bahaya saat ini.

 Itu benar.  Seorang gadis SMA datang ke rumahku dan mengatakan sesuatu yang keterlaluan yang mengejutkan diriku.  Kejutan itu hanya berlangsung dalam beberapa detik, tapi tetap saja…

 “Eh… kau.”

 "Ya."

 "Kau Miyamae Akari, kan?  Adiknya Subaru kan?”

 "……Iya!"

 Dengan hanya ada sedikit jarak di antara kami, siswi di depanku itu menundukkan kepalanya sambil tersenyum ramah, dia adalah Akari-Chan.

 Itu benar, teman dekatku yang muncul di lentera yang berputar barusan, atau lebih tepatnya teman yang buruk, ini adalah adiknya Subaru, Akari Miyamae.
 
 "Uhm... Akari-Chan."

 "Ya.  Ada apa, Senpai?”

 "Tolong koreksi aku jika aku salah, tetapi apakah aku baru saja mendengar sesuatu ... tentang pelunasan hutang?"

 "Kamu tidak salah, Senpai.  Aku datang ke sini sebagai bentuk pembayaran hutang kakakku.”

 "Ah, ya, heh, hmmm……?”

 Terlepas dari usaha terbaikku, aku tidak dapat memahami apa yang baru saja kudengar dan aku berakhir dengan menundukkan kepala karena kebingungan.

 Kicauan jangkrik musim panas bergema aneh di kepalaku.  Ya, itu sudah lewat tengah hari,  mataku masih terasa berat setelah menikmati tidur liburan musim panas.

 Aku tidak memiliki cukup oksigen di otakku untuk memproses semua ini~

 "Apa kau ingin masuk sekarang?"

 "Ah iya!  Maaf atas gangguannya!”

 Sebagai tindakan sementara, aku memutuskan untuk membawanya masuk ke dalam.

 Meninggalkannya di bawah terik matahari musim panas selamanya adalah hal yang mustahil, dan memiliki seorang gadis SMA yang sedang berdiri di luar, di depan pintu kamarku, pasti akan menciptakan kesalahpahaman besar untuk para tetangga.

 Tunggu, apa yang baru saja kulakukan?  Tidak, tidak, tidak, tidak.  Pikirkan hal ini secara rasional, bagaimana bisa mengundang seorang gadis SMA yang mengatakan bahwa dia adalah jaminan hutang untuk masuk ke kamarmu adalah ide yang bagus?!!

 Di sisi lain, Akari menundukkan kepalanya dalam-dalam, tetapi dia tidak terlihat tidak senang atau kesal dan malah menghembuskan napas dalam-dalam seolah-olah dia merasa lega, jadi tidak sulit untuk membayangkan bahwa dia pasti telah mengalami kesulitan juga.

 "Um, apakah cuma teh barley tidak apa-apa?"

 "Oh, jika kamu tidak keberatan aku mau"

 "Aku tidak keberatan kok, terlebih lagi keringatmu sangat banyak."

 Perjalanan dari stasiun ke apartemenku pasti cukup jauh.  Selain itu, di luar jugasangat panas.

 Setelan musim panasnya menjadi sedikit transparan, mungkin itu karena panasnya musim panas telah membuatnya berkeringat.

 Namun, ada benda seperti kamisol yang terjepit di antaranya, dan bukan pakaian dalam, jadi itu sangat membantuku karena aku tidak perlu khawatir tentang di mana harus menaruh mataku.
[TL/N:Kamisol semacam dasi lah]

 Untuk saat ini, aku membimbing Akari-chan untuk duduk di atas bantal sambil menuangkan segelas teh barley yang kumiliki di lemari es untuknya.  Aku penasaran, apakah aku harus memasukkan es ke dalamnya?

 "Umm, Senpai.”

 Sambil duduk tegak di atas bantal, Akari-chan memanggilku.

 “Ini mungkin tidak sopan untuk memintanya padamu, tetapi jika kamu memiliki gula, maka itu akan bagus…….”

 Akari menundukkan kepalanya saat dia mengatakan ini.  Wajahnya tiba-tiba menjadi merah.

 Sepertinya kata 'tidak sopan' itulah yang membuat Akari-Chan menjadi merasa malu karena telah meminta sesuatu dari sudut pandang seorang tamu.

 Meski begitu, fakta bahwa dia meminta gula untuk teh barley benar-benar tidak terduga.

 "Apakah… gula batangan tidak masalah?”

 “Ah, tidak apa-apa!  Terima kasih banyak."

 Aku lega karena aku membelinya ketika aku memutuskan untuk mencoba meminum kopi di rumah.

 Tapi, pada akhirnya, aku hampir tidak menggunakannya sama sekali.

 Ekspresi Akari-Chan melunak saat dia mengambil gula batangan dan menuangkannya ke dalam teh barley yang kusajikan untuknya.

 "Ah… mungkin itu tidak akan larut dengan baik jika airnya dingin.”

 "Aku suka kalau ada sedikit gula yang masih tersisa."

 “~ Mmm, manisnya~.”

 Dia dengan senang hati tersenyum sambil meminum teh barley manis itu.

 Pemandangan ini membuatku merasa sangat bernostalgia, mungkin karena minum teh barley dengan gula sedikit gila ketika aku masih SD.

 Seingatku, setiap rumah pasti memiliki teh barley, dan kupikir itu dimulai sebagai coba-coba di antara teman-temanku untuk melihat apakah ada cara yang menarik untuk meminumnya.

 Akari-Chan mungkin memiliki pengalaman yang serupa denganku.

 Aku tidak tahu kapan itu terjadi, tetapi aku sudah lama tidam memum teh barley dan melakukan itu.

 "Yah, sekali lagi, sudah lama, yah."

 "Ya, sudah lama yah, Senpai.  Aku belum melihatmu sejak upacara kelulusanmu.”

 Dia meluangkan waktu untuk meluruskan posturnya dan menjadi lebih bermartabat sementara aku sedang duduk di lantai di seberangnya yang terpisahkan oleh meja rendah.

 Upacara kelulusan….  Itu baru lima bulan yang lalu, tapi aku sudah merasa sangat bernostalgia.

 “Apakah kamu masih ingat, Senpai?  Setelah upacara kelulusan, aku menyapamu dengan senang hati…. ”

 "Tentu saja aku masih ingat."

 Sulit untuk melupakan apa yang terjadi pada lima bulan yang lalu.  Mungkin karena aku bersama Subaru saat itu.  Tapi tetap saja, dia berlari ke tempatku, wajahnya memerah seolah-olah suhu tubuhnya meningkat….mencoba menarik nafas, dia terlihat sangat gugup. Namun, dia masih memberiku pidato ucapan selamat dengan senyum lebar yang terpampang di wajahnya. Jujur itu cukup mengesankan.

 Jika kuingat dengan benar, dia masih seorang murid pada saat itu, dan tidak seharusnya bagi dia menjadi bintang upacara kelulusan. Namun, ke mana pun dia pergi, dia telah menarik perhatian seolah-olah dialah yang sedang berdiri di bawah lampu sorot.

 "Aku sungguh sangat senang karena berteman dengan Subaru pada saat itu.”

 "Maksudnya?"

 "Yah, tidak setiap hari kau bisa mendapatkan ucapan selamat dari seorang gadis populer seperti Akari-Chan.”

 Dia mungkin setahun lebih muda dariku, namun dia sangat terkenal sehingga dia menjadi bahan pembicaraan di kelas kami atau lebih tepatnya, seluruh sekolah.

 Selain penampilannya yang imut dan menggemaskan, dia juga memiliki kepribadian yang ceria dan bahkan sentuhan elegan……

 'Apakah dia benar-benar adiknya Subaru?'

 Lebih dari sekali, aku meragukan fakta ini.

 "A-Aku tidak sepopuler itu kok..."

 Sambil mengatakan itu sendiri, Akari-chan, dengan wajah merah cerah, menundukkan kepalanya.

 Yah, itu wajar baginya untuk mengalami kesulitan bereaksi ketika diberitahu di depan wajahnya bahwa dia populer.

 "Yah ... umm ... apakah kamu ingin secangkir teh barley lagi?"

 "Ah iya.  Jika kamu tidak keberatan…. ”

 "Tentu saja."

 Meskipun agak kurang sopan, aku dengan paksa menghentikan pembicaraan, mengambil gelas kosong, dan meninggalkan meja.

 Setelah itu, aku pergi ke dapur untuk membuatkannya secangkir teh barley lagi── saat itulah, aku tiba-tiba melihat bekas bekas bibir yang tertinggal di tepi cangkir.

 Memikirkannya kembali, tidak ada tanda-tanda dimana Akari-Chan memakai lipstik apa pun hari ini, lalu…lip-balm, kah?  Itu meninggalkan bekas yang cukup jelas…

 'T-tunggu, kontrol pikiranmu, kenapa aku malah memikirkan hal ini!  Aku sedang berurusan dengan adiknya temanku, bukan!?'

 Sebelum emosi yang tidak biasa dalam diriku mulai terbentuk, aku dengan paksa menegur diriku sendiri dan menekannya.

 Tidak peduli seberapa gelisahnya aku karena tidak punya pacar, bukankah terlalu tidak bermoral bagiku untuk memiliki perasaan yang aneh terhadap adiknya Subaru!?

 'Kalau dipikir-pikir, bukankah ini pertama kalinya seorang gadis datang ke rumahku sejak aku mulai hidup sendiri seperti ini......Tidak, tidak, tidak, jangan pikirkan itu, jangan pikirkan!'

 Menutupi emosi yang sepertinya muncul tanpa henti ketika aku memikirkannya, aku menyiapkan segelas teh barley yang baru, bersamaan dengan sebatang gula dan membawanya ke depan Akari-Chan.

 “Ini dia.  Oke, aku mungkin mengulanginya lagi, tetapi mengapa kau datang kemari, Akari-Chan?”

 "Tentu saja sebagai bentuk jaminan hutang kakakku!”

 Jawabannya masih sama dengan yang dia ucapkan pertama kali, yang hanya bisa kuanggap sebagai lelucon.

 Namun, senyum menyenangkan di wajah Akari-Chan membuatnya tampak seolah-olah dia sedang tidak berniat untuk menggodaku, tapi…

 “Yah, aku punya banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu, tapi pertama-tama, kau harus tahu berapa banyak uang yang telah kupinjamkan kepada kakakmu, Subaru, bukan?”

 "Ya, itu 500 yen, benar kan?"

 "Jadi kau sadar akan hal itu."

 Menyadari situasi biasanya merupakan hal yang baik, tetapi tidak begitu baik dalam kasus ini.

 Karena saat ini, Akari-Chan mengakui bahwa dirinya sendiri telah ditawarkan sebagai pengganti dari hutang 500 yen tersebut.  Yang artinya, nilai dari dirinya setara dengan 500 yen!

 Apa-apaan keluarga Miyamae ini?

 Apakah mereka begitu peduli tentang sesuatu yang kecil seperti sen atau rin?

 "Bagaimanapun juga, bahkan jika itu hanya 500 yen atau bahkan satu koin, itu masih dianggap sebagai pinjam meminjam uang.  Jika kamu tidak dapat membayar kembali uang tersebut, maka kamu harus siap akan konsekuensinya, bahkan jika itu berarti kamu harus menyerahkan tubuhmu.  Itulah akal sehat dunia ini.”

 "H-hei, bukankah menurutmu itu terlalu berlebihan ..."
 "Aku tidak melebih-lebihkan!  Ada pepatah yang mengatakan, 'Orang yang menertawakan satu sen akan menangis karena satu sen.' Karena satu sen adalah 0,01 yen, itu berarti 500 yen adalah 50.000 kalinya jumlah itu.  Dalam hal ini, jika kamu mengabaikan 500 yen tersebut, maka kamu akan menangis sebanyak 50.000 kali.  Jika kamu terlalu banyak menangis, maka kamu akan mati karena dehidrasi!”

 Aku tidak tahu apakah dia serius atau bercanda .... tapi ada satu hal yang bisa kukatakan dengan pasti, Akari-Chan dengan jelas mengekspresikan kata-katanya dengan kekuatan yang relatif tinggi.

 Matanya terasa sangat kuat dan menyilaukan, seolah-olah tidak ada satu pun kata-kata setengah hati yang kukatakan padanya yang bisa menghentikannya.

 "Itulah sebabnya, Senpai!”

 "Ya!?"

 "Jika kakakku pingsan karena dehidrasi, maka orang tuaku akan hancur, jika aku tidak melakukannya.  Aku tidak ingin membuat orang tuaku sedih, dan aku akan dengan senang hati akan menjadi milik Senpai sampai kakakku melunasi hutangnya!  Itu adalah keputusan yang telah dibuat dan tidak akan dibatalkan bahkan jika langit dan bumi terbalik!”

 "Tunggu, apa aku tidak punya hak untuk memutuskan──”

 "Tidak!!"

 "Ah…."

 Aku memiliki firasat yang cukup buruk tentang ini.  Cukup jelas bagiku bahwa Akari-Chan sedang mencoba untuk menerobos dengan menggunakan momentum miliknya.

 Tapi saat ini, bukankah itu artinya aku seorang kreditur?  Namun, mengapa aku tidak bisa mengatakan apa pun dalam situasi ini?

 Mungkin ekspresi kepasrahan dan kekecewaan terlihat di wajahku, tapi saat itu terjadi, momentumnya telah terkuras, dan Akari-Chan dengan cemas memalingkan wajahnya ke bawah.

 "S-senpai.  Jika kamu benar-benar menentangnya... maka aku akan terluka, tahu...a-apakah kamu mencoba mengatakan bahwa bahkan aku tidak bernilai sebanyak 500 yen tersebut...?”

 "T-tidak, bukannya aku menentangnya atau apa…tapi kau tidak boleh memberi label harga pada dirimu sendiri sejak awal!”

 “Kamu mungkin mengatakan itu, tapi Senpai.  Sistem masyarakat saat ini adalah menjual waktu dan tubuhmu untuk mendapatkan bayaran atas hasil kerjamu.  Ada pepatah yang mengatakan bahwa 'Sebuah senyuman berharga nol yen', tapi senyuman itu jugalah yang memberimu upah per jam!”

 "Kau terlalu blak-blakan ..."

 "Itulah yang dikatakan Rit-chan."

 "Siapa!?"

 “Temanku yang bekerja paruh waktu di restoran cepat saji…..eh, tunggu… bukankah dia sudah berhenti?”

 "Kau seharusnya tidak menanyakan pertanyaan itu kepadaku!"

 Aku tidak tahu siapa Rit-chan ini, tapi menurutku apa yang dia coba katakan adalah bahwa pembayaran hutang ini hampir mirip dengan pekerjaan paruh waktu.  Seperti ketika seorang pelanggan yang tidak mampu membayar, maka dia harus mencuci piring agar seseorang memberinya pengampunan."

 "J-jadi, Senpai.  K-kamu dapat menggunakanku dengan cara apa pun yang kamu inginkan.  Aku siap untuk menerima apa pun yang kamu katakan ... Senpai..."

 "H-hei, dari mana datangnya tekadmu yang menyedihkan itu…?”

 "Aku tidak berpikir ini menyedihkan, tapi..."

 Akari-Chan memiringkan kepalanya ke samping.

 Kupikir dibutuhkan sedikit kesedihan dan tekad untuk menawarkan dirimu untuk menerima segalanya, tapi......

 Bagaimanapun juga, berpikir tentang berduaan dengan adik temanku sama sekali tidak bagus untuk mentalku.  Aku hanya tidak tahan memikirkan tentang membiarkannya terus melanjutkan tentang bagaimana dirinya yang menjadi jawaban atas hutang temanku, jadi aku hanya akan melakukan apa yang dia katakan dan membuatnya bekerja untuk melunasi hutang Subaru sebesar 500 yen secepat mungkin.

 “Baiklah kalau begitu, Akari-Chan.”

"Ya, ya!"

 Bahu Akari-chan terpental ke atas dan ke bawah saat dia menatapku dengan gugup.  Aku ingin tahu apakah dia pikir aku akan membuat permintaan yang aneh?  Kalau iya, aku cukup terkejut.

 Tapi sekarang, setelah aku memikirkannya, apa yang harus kuminta...seluruh situasi ini datang begitu tiba-tiba sehingga tidak ada yang terlintas dalam pikiranku.

 Sebenarnya, semua ini mungkin kejutan yang dibuat oleh Subaru, dan orang itu mungkin akan datang ke ruangan ini dengan kamera di beberapa titik, tapi sejujurnya aku tidak peduli itu selama hal itu dapat menyelesaikan situasi ini yang aku tidak tahu bagaimana harus menerimanya.

 Bukannya aku tidak menyukai Akari-chan sehingga aku merasa sulit untuk bersamanya.  Sebenarnya, aku menyukainya meskipun aku tidak terlalu mengenalnya.  Dia juga gadis baik yang menyayangi kakaknya.

 Namun, tidak pernah terpikirkan olehku bahwa ikatan persaudaraan mereka akan menjadi katalisator untuk hutang 500 yen ini…..

 Tidak, bagaimanapun juga, hal pertama yang harus kulakukan adalah membuat semacam permintaan yang akan meyakinkan kedua belah pihak bahwa ini sepadan dengan pekerjaan senilai 500 yen dan aku dapat menyelesaikan masalah ini.  Itu akan menjadi hasil terbaik untuk kedua belah pihak.

 “Oke, aku sudah memutuskannya.  Akari-chan, kau mengatakan bahwa kau akan melakukan apa pun yang kukatakan?"

 "Ya…..!  T-tentu saja…..!!”

 “Kalau begitu… aku akan memintamu untuk membersihkan kamar.”

 "………………Ya?"

 Untuk beberapa alasan, ada jeda aneh sebelum dia menjawabnya.

 Aku tahu agak kasar bagiku untuk meminta seorang gadis SMA untuk membersihkan kamar seorang pria yang tinggal sendirian, tapi kurasa itu permintaan yang cukup standar dalam situasi seperti ini.

 Namun, Akari-chan tidak menolak atau menerimanya, melainkan bereaksi dengan cara yang cukup tercengang dan kecewa.

 “Eh, Senpai.  Apakah kamu mengatakan sesuatu tentang bersih-bersih?

 "Um, ya.”

 "Bukan kamu, tapi kamarmu?"

 "Aku…?  Tidak… seperti yang kukatakan, kamarku.”

 “Huh~…”

 Dia mendesah dengan keras!?

 "A-aku mengerti.  Meskipun benar bahwa tindakan tergesa-gesa dapat menyebabkan kegagalan, tapi aku tidak siap untuk ini, jika harus dikatakan.”

 “Akari-chan?  Maaf, apakah kau benci bersih-bersih?  Jika itu masalahnya, aku akan memberimu tugas yang lain──”

 “Tidak, bukan itu masalahnya!  Bersih-bersih adalah salah satu hal yang paling aku kuasai, dan kupikir penting untuk mendapatkan poin di area ini, jadi….aku akan melakukan yang terbaik!”

 Akari-chan dengan antusias menganggukkan kepalanya.

 Dia mungkin mengatakan tentang mendapatkan poin, tetapi hutangnya hanya 500 yen.

 Aku tidak tahu berapa upah per jam untuk melakukan pekerjaan semacam ini, tetapi jika aku harus membuat perkiraan, maka itu tidak akan memakan waktu lebih dari satu jam untuk melunasi hutangnya Subaru.

 Satu jam kemudian~

 “Fiuh…..Kurasa cuma segitu saja.”

 Akari-chan menyeka keringat dari dahinya dengan senyum puas di wajahnya.

 Meskipun menurutku tidak terlalu kotor karena aku tinggal sendirian dan tidak memiliki banyak barang, tapi kamarnya sangat bersih sehingga aku bisa melihat perbedaannya dengan jelas.

 Anehnya, seluruh kamarnya tampak bersinar.

 "Bagaimana menurutmu, Senpai!"

 Akari-chan tersenyum penuh kemenangan saat dia meletakkan tangannya di pinggul sambil membusungkan dadanya.

 “Luar biasa… Bahkan lebih bersih dari saat pertama kali aku pindah.”

 "Aku lega."

 Akari-chan dengan senang hati tersenyum saat dia mengembalikan alat pembersih ke dalam kotaknya masing-masing dan menyimpannya di tas ransel yang dia bawa.

 Ya, Akari-chan lah yang membawa semua peralatan hari ini.  Meskipun mereka mudah dibawa, tapi tetap saja, fakta bahwa dia mengambil inisiatif untuk membawa semuanya ke sini, telah menunjukkan betapa pedulinya dia.

 Kurasa dia sama seriusnya dengan reputasinya.

 Itu membuatku semakin merasa kasihan padanya.

 "Kalau begitu aku akan membersihkannya setiap hari mulai sekarang."

 "Setiap hari!?  T-tidak, kupikir akulah yang akan meneruskannya…."

 Aku akan jujur ​​di sini, jumlah dan kualitas pekerjaan yang dilakukan Akari-chan pasti jauh lebih berharga daripada 500 yen yang Subaru pinjam kepadaku,  jika dia melakukan ini setiap hari, maka akulah yang berhutang padanya.

 Dan bahkan jika kau menuliskan biayanya, secara fisik tidak mungkin untuk melakukan ini setiap hari.

Rumah Akari-chan, tentu saja, adalah rumah Subaru, dan jaraknya cukup jauh sehingga mereka harus naik kereta cepat untuk sampai ke sini.  Bagaimanapun, itu adalah kota tetangga orang tuaku... Karema itulah, dampak keberadaannya di sini sangat luar biasa.

 “Jangan malu-malu.  Lagipula, aku adalah milik Senpai.  Kamu dapat menggunakanku sebanyak yang kamu inginkan, bukan?”

 “Seperti yang kukatakan … kau sudah melakukan semua yang kau perlukan.  Bahkan menurutku apa yang telah kau lakukan bernilai lebih dari 500 yen.  Jadi kurasa kau bisa bilang bahwa kau sudah melunasi hutangmu, bukan?

 “Apa yang kamu bicarakan, Senpai?  Pembayarannya bahkan belum selesai.”

 Untuk beberapa alasan, Akari-chan menghela nafas putus asa.

 "Oke, Senpai.  Pertama-tama, sewa kamar ini, aku yakin, sekitar 70.000 yen termasuk biaya pengelolaan.”

 “Bagaimana kau bisa tahu itu──oh tunggu, itu pasti Subaru.”

 "Jika kamu membagi 70.000 yen dengan 30 hari per bulan, maka itu sekitar 2.300 yen per hari.  Katakanlah satu jam bersih-bersih biayanya 1.000 yen per jam.  Bahkan jika kita mengecualikan harga sewa, itu masih kurang 1.000 yen.”

 "T-tunggu, tapi aku yang membayar sewanya, jadi kurasa itu sama sekali tidak penting bagimu, Akari-chan….”

 “Senpai.  Tolong jangan memotongku.  Dan jika kamu membagi 2.300 yen jadi dua, itu masih 1.150 yen.  Jadi, itu masih belum cukup.”

 Aku tidak tahu mengapa Akari-chan sangat marah, tapi aku masih tidak mengerti satu kata pun yang dia katakan.

 Misalkan dia harus membayar biaya sewanya, tetapi bukankah itu hanya mungkin jika dia tinggal di sini juga….?

 "Yah, Senpai.  Sekarang setelah kamu mendengar semua ini, kamu pasti akan berpikir bahwa jika aku melakukan satu jam kerja lagi dan menghasilkan 1.000 yen, maka aku akan sudah melunasi hutang 500 yen….atau begitulah yang kamu pikirkan.”

 "Maaf, kau melupakanku di bagian sewanya."

 "Tetapi bahkan jika aku bekerja delapan jam sehari, yang merupakan jam kerja biasa, bukan hanya satu jam lembur── maka aku tidak akan bisa melunasi hutangmu sama sekali!”

 “Ah, lanjutkan.”

 Seolah dia tidak mendengarkan kata-kataku, Akari-chan berteriak sekuat tenaga.

 Jika aku harus menggambarkan apa yang sedang kudengar saat ini, itu akan seperti seorang politisi yang memberikan pidato di jalanan.

 “Karena bahkan jika aku mengeluarkan keringat dan menghasilkan 8000 yen, semua itu akan hilang untuk tagihan air, tagihan listrik, dan semua hal lain selain biaya sewa!!!!”
 
 "Aku yakin itu tidak membutuhkan biaya sebanyak itu!?”

 “Tapi, Senpai.  Aku ingin mengisi daya ponselku setiap hari….”

 "Itu hanya sejumlah harga kecil yang harus dibayar!"

 Jika kita harus membayar untuk infrastruktur seperti itu, maka tidak akan ada yang tersisa di negara ini.

 Mencoba menjalani kehidupan seperti itu akan sangat mustahil…Eh, tunggu?

 Aku memiliki perasaan aneh bahwa aku telah melupakan sesuatu yang penting, seperti biaya sewa, atau setiap hari….?

 "Yah, terlepas dari biaya sewa atau utilitas, kita semua dikenakan semacam biaya selama kita masih hidup.  Selain itu, mulai hari ini dan seterusnya, aku akan tinggal di rumahmu, Senpai, dan mengingat beban mentalmu, aku ingin menawarkan semacam hiburan~”

 “T-tunggu sebentar!?  A-apakah kau baru saja mengatakan bahwa kau akan pindah kesini!?  A-apakah kau tinggal di sini mulai hari ini dan seterusnya!?”

 "Ya, itu benar?"

 Akari-chan memiringkan kepalanya seolah berkata,

 'Bukankah sudah sangat jelas dari awal?'

 'Darimananya itu jelas!?'

 “T-tapi bukan itu yang kudengar, dan apa yang memberimu ide itu sejak awal!?”

 "Karena aku berhutang, aku milik Senpai, jadi aku tidak bisa melakukan tugasku tanpa dirimu di sisiku.”

 “Bahkan jika kau mengakui bahwa kau berhutang, aku sangat yakin bahwa kau seharusnya pergi ke rumah Subaru ..”

 "Itu tidak mungkin.  Kudengar kakakku akan trial hari ini.”

 "Trial!?"

 Apakah dia akhirnya melakukan sesuatu yang salah?

 Itu bahkan lebih buruk daripada hutang 500 yen yang dia pinjam dariku.

 "Ah maaf.  Aku jadi sedikit campur aduk.  Maksudku Saipan.  Ya, Saipan.”

 “Saipan….?”

 “Saipan di Kepulauan Mariana Utara.”

 “Bonbon itu….!  Jika dia bisa pergi ke Saipan, bukankah dia seharusnya bisa mengembalikan 500 yen yang dia pinjam padaku…!?”

 Kau khawatir tentang perjalanan ke sumber air panas, tapi sekarang kau malah melakukan perjalanan ke luar negeri?!

 "Pokoknya, begitulah adanya.  Jika Senpai mengusirku, maka aku tidak akan punya tempat untuk pulang, dan aku akan dibiarkan berkeliaran di dunia luar.  Aku sudah memberitahu orang tuaku bahwa aku akan pergi ke tempat kakakku untuk belajar sementara aku pergi ke kampus terbuka.”

 "Tapi, kamu akan ke Saipan, bukan?"

 "Apakah begitu?"

 Dengan kata lain, dia berbohong kepada orang tuanya.  Apakah itu kasus yang sama dengan hutangnya, aku penasaran?

 “L-lalu, apakah ini tidak bagus, Senpai…?”

 “…..!”

 Akari-chan, yang tampak sangat jelas beberapa saat yang lalu, sekarang menatapku dengan mata tertutup dan terbalik seolah-olah dia tiba-tiba menjadi cemas.

 Ada begitu banyak hal yang tidak cocok, tapi meski begitu, aku tidak bisa begitu saja membuang adik temanku dan berpura-pura tidak mengenalnya.

 Dan bahkan jika aku mengusirnya, aku akan langsung merasa bersalah dan khawatir.

 Namun, tidak peduli kalau dia adalah adik temanku, tapi tinggal dengan seseorang dari lawan jenis, apalagi seorang gadis cantik, jika tiba-tiba aku khilaf~

 Ah, rasanya kepalaku seperti berputar-putar.

 Bukankah lebih baik membiarkan semua ini berjalan begitu saja?

 Tidak, tapi itu bukan cerita yang bisa diselesaikan dengan mudah.

 Sementara aku sedang memikirkan hal ini bolak-balik, tiba-tiba aku mendengar suara lonceng ringan di dalam ruangan.

 “Ah, sudah sampai.”

 Akari-chan bereaksi lebih cepat dariku dan pergi ke arah pintu.

 Eh!?

 "Fiuh, akhirnya sampai juga.”

 Setelah pertukaran di pintu, Akari-chan kembali dengan apa yang tampak seperti koper besar, sesuatu yang kau bawa saat liburan.

 “Ah, Akari-chan, itu?”

 “Ya, ini baju ganti milikku dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menginap.  Aku tidak bisa tetap memakai seragamku sepanjang waktu, kau tahu?"

 Rupanya, dia telah mengirimkan barang bawaannya terlebih dahulu menggunakan jasa kurir dengan asumsi bahwa dia akan menginap.
Dia benar-benar sudah siap untuk ini, huh….eh, tunggu?

 Apa-apaan itu... yang secara bertahap memenuhi teras?

 "Dan…."

 Akari-chan meninggalkan barang bawaannya di kamar dan kembali ke arah pintu lagi.  Dan ketika dia kembali, apa yang dia bawa adalah...

 "Ini futon!"

 “futon!?”

 "Ide untuk tidur di lantai sepanjang waktu telah menggangguku, jadi aku membeli kasur."

 "Kau mengatakan hal itu seolah itu hal yang jelas untuk dilakukan!"

 “Ah, jangan khawatir.  Biaya tempat tidur ini adalah pengeluaran yang diperlukan dan tidak akan mempengaruhi hutangmu.”

 "Aku sama sekali tidak khawatir tentang itu, tapi bukankah harganya lebih dari 500 yen!?”

 “Ini dari Nitori, jadi tidak apa-apa….”

 “Itu dari Nitori!?”

"Ini terlalu mahal, jadi secara praktis ini nol!"

 Ketika Akari-chan mengucapkan kata-kata itu dengan ekspresi puas di wajahnya, mau tak mau aku merasa sedikit kesal.

 Apakah ini benar-benar Akari Miyamae yang sama, yang memiliki reputasi terkenal sebagai orang yang tegas?

 Ini tidak seperti mereka itu kembar atau apa, bukan?

 Namun, fakta yang tak terbantahkan bahwa pakaian ganti, perlengkapan menginap, dan futon yang dibeli Akari-chan, semuanya ada di depanku.

 Teras, yang dengan cepat diisi oleh ombak yang mengamuk, telah terisi dengan sedemikian rupa sehingga naik seperti gunung, dan benar-benar menghalangi rute pelarianku.

 “Itulah sebabnya, Senpai.”

 Dan Akari-chan, yang telah melakukan segalanya dengan cemerlang, menoleh ke arahku dengan senyum terlebar hari ini di wajahnya.

 "Aku akan menantikan untuk bekerja denganmu mulai hari ini dan seterusnya!”

 “Ngomong-ngomong berapa lama kau berencana untuk tinggal….?”

 Aku bisa merasakan keinginanku untuk menolak telah memudar, jadi aku mengajukan pertanyaan yang menunjukkan kepasrahanku.

 Meskipun baru lewat tengah hari, tapi aku sudah merasa sangat lelah.

 "Tentu saja, sampai masalah hutang kakakku selesai……atau sampai tujuanku terpenuhi.”

 "Tujuan Akari-chan….?”

 “Itu rahasia.  Tapi, jika aku bisa memenuhinya, aku akan memberitahumu, atau bahkan jika aku tidak memberitahumu, maka kamu akan mengetahuinya sendiri, Senpai…..hee-hee~.”

 Akari-chan menggaruk pipinya karena malu.

 Tidak, aku tidak mengerti sama sekali.

 "Bagaimanapun juga, kuharap kita akan menyelesaikan ini di akhir liburan musim panas!"

 “Ya, ya.”

 Murid SMA memiliki sekitar satu bulan liburan selama musim panas.

 Itu cukup panjang.

 Aku ingin tahu apakah aku bisa menjaga akal sehatku tentang diriku yang selama satu bulan akan tinggal bersamanya di bawah atap yang sama.

 Aku yakin dia pasti berasumsi bahwa aku tidak akan melakukan hal semacam itu, itulah sebabnya dia datang ke sini sendirian, tetapi aku tetaplah seorang pria, meskipun aku tidak pernah memiliki pengalaman dengan hal-hal yang seperti itu.

 "Kita harus benar-benar menangani masalah ini dengan serius….”

 “Fufu~, kamu tidak perlu terburu-buru.  Mari kita lakukan ini secara perlahan, Senpai.”

 Akari-chan tersenyum, dia terlihat sangat bersemangat tentang kehidupan masa depannya.

 Berkat kepribadiannya yang ceria dan kurangnya rasa malu, jadi tidak ada kecanggungan di antara kami, tapi tetap saja.

 "Semua pembicaraan itu membuatku haus.”

 Dia tampaknya sedikit terlalu bebas.  Yah, aku sudah terbiasa dengan kebebasan seperti itu, terima kasih untuk kakaknya.

 "Ya, ya, aku akan membuatkanmu teh lagi."

 “Terima kasih banyak, Senpai.”

 Aku berhasil mengangkat diriku dari lantai, yang jauh lebih berat dari sebelumnya, dan pergi ke arah dapur untuk mengisi gelas-gelas kosong dengan teh barley.  Kali ini, aku akan mengisi dua gelas, termasuk satu untuk diriku sendiri.

 Sesuai permintaan Akari-chan, aku menambahkan gula di gelasnya dan entah bagaimana, aku menambahkan beberapa ke gelasku juga.

 “Mmhm~ Ini manis~.”

 Anehnya, rasanya terasa nostalgia tapi jauh lebih manis daripada yang dulu.

~•~


Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Trakteer admin

Related Posts