Ore no Oyome-san, Hentai Kamo Shirenai-Zero Kyori datta Osananajimi, Kekkon Shita Totan Sokuochi Shite Ore ni Muchuu desu Chapter 6

 

Chapter 6: Malam untuk keduanya

*

 Setelah kejadian di meja makan yang canggung. Aku dan Ryoka meminta izin kepada orang tuaku untuk pergi ke toko serba ada dan kemudian meninggalkan rumah. Setelah berjalan cukup jauh, kami mengeluh.

 “Haa, tadi sungguh canggung banget, ya ..."

 "Muu, seharusnya aku yang mengatakan hal itu, kau tahu? Oh, ngomong-ngomong. Apa kamu mau tinggal di rumahku saja, Yuuki?"

 “Itu, tolong jangan bercanda tentang itu. Tubuhku tidak akan bisa menahannya.”

 “Haah…”

 “Huu…”

 Kami perlahan terus berjalan menuju toko serba ada sambil membawa banyak pemikiran random di benak kami.

 Udara di luar sangat dingin, membuat napas kami menjadi awan putih di udara.

 Selain itu, kami benar-benar berada dalam situasi yang luar biasa di sini…

 "Nee, di mana kita membuat kesalahan?"

 “Huh? Kau lupa ya? Bukankah waktu itu kita mengira bahwa kita akan terkena pajak hadiah? Seandainya waktu itu kita berpikir tenang dan tidak panik. Mungkin kita tidak akan membuat kesalahan seperti ini."

 “Ahaha... Kamu benar, seandainya kita tidak panik. Kita tidak akan membuat kesalahan, kita benar-benar cerboh."

 "Yah..."

 Untuk dapat menghadapi masalah di masa depan, kita mulai mencemooh tindakan kita di masa lalu.

 Yah, masa lalu biarlah masa lalu. Sekarang, yang lebih penting adalah tentang kehidupan kita kedepannya.

 "Ryoka, ulurkan tanganmu kepadaku..."

 “Hm?”

 Aku meraih tangan Ryoka yang terulur.

 Tangannya, yang sampai sekarang dimasukkan ke dalam sakunya, terasa hangat.

 “Kita sudah menikah sekarang. Jadi, kita bisa melakukan hal yang dilakukan pasangan lain. Misalnya, dalam cuaca dingin ini, tanganmu mati rasa karena kedinginan dan tidak banyak yang bisa kau lakukan. Tapi, kalau kita melakukan ini, tanganmu akan sedikit hangat, bukan? Hal semacam itu.”

 “Hmm, nggak juga kok. Kalau kamu memasukkannya ke dalam saku seperti biasa.”

 “…Ah, benar.”

 Aku mencoba melepaskan tangan Suzuka. Tapi, dia meremasnya dan memegangnya dengan lebih erat.

 “Akan sia-sia untuk melepaskannya sekarang setelah itu terjadi, bukan?”

 "Ya."

 Bertentangan dengan harapanku, dia ingin terus berpegangan tangan..

 "Oke, disini mulai sangat dingin. Ayo kita cepat pergi ke toko."

"Iya."
 
 Setelah beberapa menit berjalan sambil berpegangan tangan, kami berdua akhirnya sampai ke tujuan kami..

 Itu adalah toko serba ada.

 Sebenarnya, alasan kami datang ke toko serba ada karena kami tidak tahan lagi dirumah atau lebih tepatnya, diserang oleh beberapa pertanyaan orang tuaku. Itu sebabnya, saat kami memasuki toko. Kami benar-benar tidak tahu apa yang ingin kami beli.

 Tetap saja, kami mengambil beberapa makanan ringan dan jus sederhana dan hal-hal sederhana lainnya dan memasukkannya ke dalam keranjang.

 Saat aku membiarkan diriku bermalas-malasan di sekitar interior toko serba ada, aku tiba-tiba menyadari Ryoka tidak ada disampingku.

 Kemana perginya dia? Dan saat aku pergi mencarinya,

 "Aku sudah mencarinya kemana-mana. Tapi, sepertinya itu sudah terjual habis."

 "Emang apa yang kau cari?"

 "I-Itu ...."

 Barang tertentu yang Ryoka cari di toko serba ada.

 Oh, begitu ya ....

 "Benar juga, itu mungkin suatu keharusan bagimu ... Untuk melindungi dirimu sendiri."

 "Muu! Hentikan! Aku benar-benar merasa hawa dingin mulai menjalari tulang punggubgku..."

 “Hei, tidak perlu mengatakannya seperti itu, kan? Selain itu, apa kau baik-baik saja tidak membeli apa-apa?”

 "Tidak. Aku akan membeli sesuatu. Tunggu sebentar!”

 Dia buru-buru mengambil barang yang menarik perhatiannya dan memasukkannya ke dalam keranjangku.

 Selanjutnya, kami menuju ke kasir untuk membayar.

 Aku mungkin tidak lapar hari ini. Tapi tanpa kuduga, ada banyak produk baru yang tampak lezat yang di jual hari ini.

 Karena itu, aku meninggalkan toko dengan tas yang di isi dengan belanjaan yang sedikit berat.

 Toko serba ada ini terletak tepat di tengah jalan setapak dari rumahku dan rumah Ryoka.

 Tidak mungkin dia bisa melupakan bahwa kami baru saja mulai hidup bersama dan menuju ke arah rumahnya…

 "Oi.."

 “Muu! Apaan sih!?"

 "Mau kemana?"

 "Ern, aku ingin pulang ke rumahku sebentar ..."

 "Mau ngapain?"

 “...."

 "Nggak jadi."

 "Huh? Apa?"

 "Sudah kubilang, aku nggak jadi pulang!"

 Mungkin karena aku menarik tudung jaketnya terlalu kuat, ya ...

 Untuk menenangkan Ryoka yang sedikit marah, aku mengeluarkan cokelat dari tas belanja.

 "Ini, makan ini dan kembalilah menjadi ceria."

 "Apa kamu memperlakukanku seperti anak kecil?"

 "Apa kau lebih suka aku memperlakukanmu seperti seorang wanita?"

 "..…”

 “Maafkan aku… aku tidak bisa berkata-kata. Tolong, maafkan aku."

 Saat kami sedang asyik bermain tsukkomi, kami kebetulan bertemu dengan tetangga kami.
[TL/N: Tsukkomi itu berasal dari komedi jepang, intinya dia sedang bercanda untuk lengkapnya cek google aja]

 "Kalian berdua terlihat sangat dekat, itu manis sekali."

 Dia menyambut kami dengan tatapan yang sangat lembut di matanya.

 Tidak ada kesalahan tentang ini. Fakta bahwa Ryoka dan aku menikah menyebar seperti gosip.

 Maksudku, tatapannya yang seperti itu tidak mungkin untuk alasan lain.

 "Aku mulai merasa semua rute pelarian kita ditutup satu per satu."

 “Y-yah… Ini akan baik-baik saja…”

 Sementara aku mungkin telah berbicara seperti itu, hatiku dipenuhi dengan kecemasan.

 Punggung kami basah oleh keringat dingin setelah itu.

 Ibu telah membantu kami dengan menyiapkan bak mandi untuk kami saat kami keluar di toko serba ada.

Ryoka sangat tertarik dengan ide itu dan mengatakan, 'Aku akan menerima tawaran baikmu', dia pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.

Jadi, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku dan menunggu Ryoka selesai mandi. Tapi,

 “Tunggu dulu.”

 "Ibu? Apa terjadi sesuatu?”

 “Kita perlu melakukan pembicaraan penting. Kalian berdua akan tinggal bersama. Wajar jika rasa moralitasmu menjadi lemah. Kamu harus ingat bahwa dalam kondisi apa pun kamu tidak boleh membuat Ryoka merasa tersinggung. Jika kebetulan kamu melakukannya… kamu tahu apa yang akan terjadi, kan?”

 Matanya tidak bercanda.

 Tidak ada jejak apapun selain keseriusan dalam dirinya.

 Untuk mencoba dan menertawakannya karena malu.

 Aku mendapatkan sensasi bahwa, pada saat ini, dalam situasi ini, itulah satu-satunya hal yang tidak boleh kulakukan.

 "Aku tahu. Aku tidak akan membiarkan Ryoka merasa tersinggung dengan cara apapun.”

 "Syukurlah, kalau kamu mengerti."

 Ekspresi ibuku berubah menjadi lega.

 Melihat itu, aku juga bisa sedikit rileks.

 Justru karena kita berada dalam 'pernikahan bohongan' maka kita harus melakukannya dengan hati-hati.

 Dengan membawa semua perasaan rumit ini, aku pergi ke kamarku sendiri.

 Tempat tidurku sangat kecil sehingga jika kami berdua tidur di sana, tidak akan ada ruang bahkan untuk berbalik.

 Akibatnya, kami memindahkan meja yang ada di ruangan ke sudut dan meletakkan kasur.

 Tidak ada alasan bagiku untuk terus menjelaskan mengapa kami meletakkan futon, kan?

 "Sudah berapa tahun sejak kita terakhir tidur di kamar yang sama?"

 Aku membiarkan diriku terbawa ke dalam ingatanku.

 Itu dulu, saat kami masih berumur 4 tahun, kalau tidak salah.

 Lelah karena bermain di luar, Ryoka dan aku memasuki rumah, mencuci tangan dan berkumur, makan beberapa makanan ringan dan karena sama-sama tertidur, kami tidur siang di futon yang sama.

 Aku terbangun dari tidur siang dan melihat wajah kecil Ryoka tidur di sampingku, aku mengambil kesempatan untuk mengerjai dia, seperti mencubit pipinya atau menempelkan jariku di hidungnya.

 Sekali lagi, aku akan tidur di sampingnya, huh ....

 "Tidak, apa yang kupikirkan. Sekarang, bukan waktunya memikirkan itu. Aku harus menyiapkan baju gantiku dan pergi mandi.

 Aku berniat ke kamar mandi setelah Ryoka selesai mandi.

 Aku sedang berpikir untuk mengeluarkan baju gantiku dari lemari, tapi untuk beberapa alasan, aku akhirnya menarik laci dari sudut yang aku pinjamkan kepada Ryoka.

 "Sialan! Aku pernah melihat pakaian dalamnya sebelumnya tapi… Jadi, seperti inilah pakaian seorang gadis.”

 Menekan tanganku ke daguku saat aku menyela pada diriku sendiri 'oh ho', aku terus menilai pakaian Ryoka saat ini.

 Lagipula, dia sudah seusia itu.

 Ada penurunan tajam dalam jumlah pakaian imutnya dan sekarang kebanyakan dari pakaiannya adalah pakaian elegan, dewasa dan sedikit erotis.

 Saat aku terus menatap pakaian Ryoka karena penasaran, seseorang menutupi mataku dari belakangku.

 “Tebak, siapa aku?”

 "Ryoka, kan?”

 "Benar! Oho~, apa kamu tertarik dengan pakaianku?"

 Sepertinya dia telah menemukan mainan baru untuknya.

 Dengan mata berbinar, dia jatuh ke arahku dengan niat penuh untuk mengolok-olokku.

 Karena aku yang salah, aku berdiri diam dalam kekalahan, tidak bisa berkata apa-apa.

 Aku tidak punya pilihan lain selain mengambil bajuku sendiri dan menuju kamar mandi.

 "Ah! Sempakku ...”

 Aku menyadari setelah menuruni tangga, di ambang memasuki kamar mandi.

 Setelah menyadari tidak adanya celana dalamku, aku kembali ke kamarku dan menemukan seseorang melakukan hal yang sama persis seperti yang kulakukan beberapa saat yang lalu.

 "Heh~, kau juga tertarik dengan celana dalamku?"

 “Uwah!? Muu, jangan mengejutkanku seperti itu dong!"

 “Ahaha, maaf..”

 Dia dengan manis menyatukan tangannya dan menatapku dengan mata anak anjing.

Sialan, kuakui itu, dia sangat manis!

 Dengan pikiran seperti itu di benakku, aku mengambil celana dalam dan kembali ke kamar mandi.

~•~


Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Trakteer admin

Related Posts