Eiyuu to Majo no Tensei Rabu Kome Volume 1 Chapter 1 Part 1


Chapter 1 Part 1: Reinkarnasi, Melintasi Seluruh Dunia, dan Reuni Takdir

*

 "Semuanya, tolong jaga aku."

 Suara itu membangunkan kesadaranku.

 Meskipun pikiranku masih kabur, aku secara bertahap menjadi lebih sadar akan situasi di sekitarku.

 Ini adalah ruang kelas SMA Prefektur Gunma, kelas dua di tahun kedua.

 Saat itu kurang lebih pukul 9:00, waktu yang dijadwalkan untuk memulai kelas pagi.

 Setelah mengamati situasiku, pandanganku melayang ke depan ruangan.

 Yanh sedang berdiri di belakang podium adalah seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang berkilau.  Meskipun aku kurang tidur, wajahnya entah bagaimana berhasil memikatku.  Dia pendek, tapi itu tidak membuat kecantikannya berkurang.

 Tapi aku tidak mengenali penampilannya.  Suara miliknya juga tidak familiar.

 Tidak peduli seberapa pelupanya diriku, aku seharusnya bisa mengingat setidaknya wajah teman sekelasku sendiri.

 Saat aku sedang memikirkan hal ini, aku tiba-tiba teringat.

 Suatu hari, wali kelas mengatakan bahwa seorang murid akan dipindahkan ke kelas ini.

 Ah, akhirnya situasinya menjadi lebih masuk akal bagiku.  Itulah alasan mengapa gadis itu sedang memberi salam kepada kami di depan kelas.

 Tapi tetap saja, aku tidak berharap bahwa dia akan cantik ini...

 Seluruh kelas berdengung karena kecantikannya. Tidak hanya anak laki-laki, tetapi bahkan anak perempuan pun juga ikut dalam kemeriahan.

 “Hei, hei, dia sangat manis.  Bro, aku jadi semakin bersemangat mulai hari ini.  Bagaimana menurutmu?"

 Pria yang duduk di depanku berbalik dan mulai berbicara padaku.

 “Eh, yah…"

 Di tengah jawabanku, sebuah uapan tercampur di dalamnya.

 “Ada apa, Godo?  Kau sepertinya kurang bersemangat hari ini.”

 Orang yang menggoyangkan kepalanya padaku adalah teman burukku, Kudou Shinji.

 Di balik rambut cokelatnya yang dicat, dia memiliki wajah tampan yang menjijikkan.  Dia lebih besar dariku, dan seragamnya lusuh.  Dia adalah seorang pria yang kesembronoannya terlihat dalam penampilannya.

 “Aku bekerja sampai larut malam tadi.  Aku mengantuk."

Jawabku sambil mengucek mata.

 Namun, mungkin karena aku terkejut dengan betapa imutnya murid pindahan itu, rasa kantukku berangsur-angsur menghilang.

 "Seperti biasa, kau bekerja keras untuk pekerjaan paruh waktumu itu.”

 “Uang itu penting.  Selama kau punya uang, kau bisa melakukan apa saja.”

Haha, tingkahmu seperti villain di manga."

 Shinji terkekeh dan kemudian menyeringai ketika sebuah ide muncul di benaknya.

 "Jika tempatmu kekurangan pekerja paruh waktu, mengapa kau tidak mengundang murid pindahan itu untuk bergabung denganmu?  Ini akan meringankan beban kerjamu.  Ini juga akan memberimu kesempatan untuk mengenal seorang gadis cantik. Dua burung dengan satu batu, benar?”

 “Kau tidak akan mendapatkan apa pun dariku jika aku berteman dengan murid pindahan itu.”

 "Apa kau ini idiot?  Aku bisa menjadi dekat dengannya melalui dirimu..”

 Shinji menabrakkan bahunya ke bahuku.

 "Jangan coba-coba memanfaatkanku seperti itu… Lagipula, dia tidak terlihat seperti tipe anak yang akan melanggar peraturan sekolah.”

 Meskipun diterima secara diam-diam, pekerjaan paruh waktu secara teknis bertentangan dengan peraturan sekolah.

 Murid pindahan itu... Mai Shiina, aku percaya.  Dia mungkin terlihat gugup, tetapi dia memiliki atmosfer yang serius di sekelilingnya.  Kesan pertamaku padanya adalah dia tidak terlihat seperti tipe orang yang akan melanggar peraturan sekolah.

 Shiina menyelesaikan perkenalannya dan saat ini, ia sedang diarahkan ke tempat duduknya.  Itu terletak di sisi yang berlawanan dari tempat dudukku yang ada di ujung jendela.  Terlalu jauh untuk memulai percakapan dengannya.

 "Halo.  Apakah kamu keberatan jika aku memanggilmu Shiina-san?”.

 "Senang berkenalan denganmu!  Serius, kamu terlihat lebih imut jika dari dekat! ”

 Shiina disambut oleh semua orang yang duduk di sekitar tempat duduknya.  Dilihat dari caranya menundukkan kepalanya yang cepat, dia sepertinya bukan tipe orang yang ekstrovert.

 “Hmm, Tipe kecantikan sekolah yang ortodoks, aku menyukainya.”

 Shinji tampaknya dalam suasana hati yang baik.

 Dia menyukai gadis cantik.  Dia menggunakan ketampanannya itu untuk berhubungan dengan berbagai macam gadis lalu membuat mereka menangis.  Dia tipikal playboy.

 Para gadis di kelas kami tidak menyukainya, tetapi dia tidak terlalu mempedulikannya.  Yah, biar adil, dia adalah penjaga bagi banyak gadis di luar sekolah.

 ”Para gadis di kelas ini umumnya kelas atas, dan mereka semua mengecat rambutnya menjadi cokelat atau pirang, yang membuat mereka terlihat tidak modis.  Ada kekurangan stok gadis berambut hitam panjang di sini, itu sebabnya murid pindahan itu dimasukkan kesini.”

 "Hei, jangan asal mengarang alasan mengapa dia dipindahkan ke sini."

 Aku menatap Shinji dengan tatapan mati dan kemudian menatap Shiina lagi.

 Kelas pagi baru saja berakhir, dan Shiina dikelilingi oleh para gadis kelas.  Sulit untuk melihatnya dengan jelas dari sini, tapi sepertinya dia dibombardir oleh banyak pertanyaan.

Itu adalah sesuatu yang harus dilalui oleh setiap murid pindahan, jadi jika mereka tidak pandai bersosialisasi, ya, semoga beruntung.

 "Apakah kalian yakin tidak ingin berbicara dengannya?"

 Sebuah suara lembut memasuki telingaku.  Suara itu berasal dari seorang gadis yang mendekati kami dengan rambut cokelatnya yang dikeriting.

 "Mencoba berbicara dengannya dalam situasi seperti itu… tidak mungkin aku bisa melakukannya.”

 Kataku, sambil menunjuk ke tkp, mereka tampak seperti ikan yang sedang mengerumuni umpan.

 “Yah, Godo adalah Godo, tapi Shinji juga?  Itu mengejutkan.  Kupikir kamu akan lebih memaksa.”

 "Seorang pria yang tidak tahu caranya mundur tidak akan populer."

 Shinji mendengus lalu mengangkat bahunya.

 “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.  Pada akhirnya, mereka juga akan lelah dengan sendirinya."

 "Memperlakukan orang lain seperti pertunjukan unik, kamu benar-benar bosan huh..."

 "Tepat sekali.  Yah, aku tidak mengolok-olok mereka.  Karena memang begitulah orang-orang berperilaku.  Ketika hypenya sudah menghilang, lingkungan di sekitar Shiina akan menjadi tenang.  Aku tidak berpikir itu akan bertahan lama jika dilihat dari caranya bertingkah.”

 Nama gadis yang menghela nafas pada kata-kata sederhana Shinji adalah Kirishima Hina.

 Dia secantik murid pindahan, Shiina.  Matanya besar dan jernih, dan batang hidungnya tinggi.  Kulitnya seputih porselen, tanpa ada noda sedikitpun, dan bibirnya montok dan indah.  Selain wajahnya, dia tinggi dan ramping, dan dia memiliki banyak lemak di dadanya.

 "Ada apa denganmu, Godo?  Kamu menatapku terus.”

 Hina dan aku sudah saling kenal sejak kami masih di taman kanak-kanak.

 Kami sudah saling kenal untuk waktu yang lama, jadi kurasa hubungan kami sedikit lebih dari teman biasa.

 “Tidak, tidak ada apa-apa.  Ngomong-ngomong, orang macam apa Shiina Mai itu?”

 Ketika aku mengajukan pertanyaan, Hina memutar kepalanya seolah-olah dia kehilangan jawaban. 

 "Mm… aku berada di sirkel itu beberapa waktu yang lalu, dan kami berbicara sebentar.”

 “Sirkel” yang dimaksud Hina mungkin adalah sekelompok gadis yang sedang mengelilingi Shiina.

 “Kupikir dia adalah gadis yang serius dan pendiam.  Yah, ini hari pertamanya di sekolah baru, jadi mungkin dia hanya gugup dan kaku sekarang.  Mungkin setelah dia terbiasa, kamu akan melihat dirinya yang sebenarnya.”

 Shinji mengangguk dengan hmm.

 “Apakah dia memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya bahkan dengan wajah cantiknya itu?  Aku bertanya-tanya apakah dia tipe yang 'tidak menyadari harga dirinya sendiri' atau tipe yang 'terlalu sadar diri'?  Atau mungkin itu hanya kepribadiannya saja?  Yang mana, huh? Aku penasaran?”

 "Kamu harus mengenalnya dengan baik terlebih dahulu untuk memahami hal semacam itu."

 “Ngomong-ngomong, aku berasumsi kalau dia tipe yang tidak sadar.  Sangat mudah untuk menyingkirkan masalah tipe ini hanya dengan memuji mereka.  Yah, kecuali orang itu benar-benar keras…”

 "Aku tidak meminta pendapatmu."

 Tentunya, dengan tingkat penampilan seperti itu, dia akan terbiasa jika disebut “imut”.

 Aku menatap Shiina saat dia sedang berbicara dengan para gadis di kelasnya.

 Mata kami tiba-tiba bertemu.

 Untuk beberapa alasan, aku merasa tatapannya sangat tajam.

 Aku menyadari bahwa aku telah menatapnya terlalu lama dan aku langsung membuang muka darinya

 Tetap saja, memikirkannya kembali, itu mengejutkan.  Dia tampaknya tidak memiliki kepribadian yang cukup kuat untuk melakukan itu.  Bahkan saat ini, dia memiliki ekspresi ketakutan sambil tersenyum canggung.

 Apakah itu hanya imajinasiku?  Aku tidak berpikir bahwa yang kulihat adalah kucing.

"Aku ingin ke kamar kecil.”

 KemudianAku berdiri. 

 Jam pelajaran pertama tidak akan dimulai untuk sementara waktu.  Jadi aku ingin menyelesaikan urusanku selagi aku masih bisa.

 "Dadah!"

 "Oi, jangan lewatkan pelajaran pertama, oke?"

 Aku menuju pintu keluar, sambil dilambaikan tangan oleh teman-temanku yang buruk.

 Saat aku melakukannya, aku berjalan tepat di belakang kursi Shiina.

 ”…?”

 Perasaan aneh dan tidak nyaman ini...

 Itu adalah suasanya yang pernah kurasakan di suatu tempat sebelumnya.

 Aku ingin mengetahui perasaan aneh apa ini, tapi tidak wajar untuk tiba-tiba berhenti tepat di belakang murid pindahan itu.

 Aku mengerutkan alisku, tetapi melanjutkan perjalananku.

 Ketika aku meninggalkan kelas dan berjalan menyusuri lorong, aku mulai memeras otakku.

 'Apa itu?  Perasaan apa yang baru saja kurasakan?'

 'Apa itu?  Aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat sebelumnya. Namun, aku tidak mengenali penampilannya maupun suaranya. Tapi.... Auranya agak familiar.'

 Ya, aku mengenali atmosfer yang dia keluarkan.

 Tapi, aku gagal menghubungkannya ke orang tertentu.

 Selain itu, jika kita memang saling mengenal, di mana dan bagaimana kita bisa bertemu sebelumnya?

 Ada banyak pertanyaan yang muncul di benakku, tetapi kupikir itu tidak akan pernah terjawab.

 Mungkin itu semua hanya imajinasiku saja.

 "Apa kau dengat?  Kudengar kalau murid pindahan di kelas dua sangat imut.”

 "Benarkah?  Mari kita cek kalau begitu.  Aku juga penasaran."

"Aku sudah melihatnya.  Dia luar biasa.  Kecantikannya mungkin berada di level seorang selebritis?”

 Ketika aku berjalan menuju kamar kecil, aku mendengar orang-orang yang sedang nongkrong di koridor sedang berbicara.

 Tampaknya seluruh sekolah sedang membicarakan tentang murid pindahan itu.

 Kupikir itu wajar karena dia memang memiliki kecantikan yang seperti itu.

 "Tetapi…"

 Semester pertama tahun kedua... Tepat sebelum liburan musim panas... Memasuki pertengahan masa sekolah... Apakah ada alasan di balik kepindahannya?  Tidak, yah, tidak mungkin seseorang pindah sekolah tanpa alasan, bukan…?  Sementara aku memikirkan hal ini, aku akhirnya tiba di tujuanku, di kamar kecil.

 Tepat sebelum aku membuka pintu, dan berpikir untuk membereskan urusanku dengan cepat.

 Sebuah suara datang tepat di belakangku.

 "Bolehkah aku meminta waktumu sebentar?”

 Tubuhku menegang.

 Aku meningkatkan kewaspadaanku secara refleks.

 Aku tidak mampu menyadari kehadiran seseorang sampai mereka sedekat ini?  Orang seperti diriku ini?!

 Ketika aku berbalik, Hal pertama yang muncul di pandanganku adalah sepasang mata yang terlihat seperti permata yang jernih.

 Secara bertahap, penglihatanku menerima lebih banyak informasi.  Rambut hitam panjang.  Wajah yang begitu indah sehingga kau tidak akan bisa melupakannya.  Posturnya yang pendek jika dibandingkan dengan gadis lain.  Orang yang berdiri di sana, tidak diragukan lagi, adalah Mai Shiina, si murid pindahan.

 “Ara, kamu sepertinya cukup terkejut, bukan?  Ada apa?  Meskipun aku murid pindahan, aku tetap teman sekelasmu, tahu?  Didekati oleh teman sekelas bukanlah hal yang mengejutkan, bukan?”

 Dengan senyum misterius yang terpasang di wajahnya, Shiina bertanya padaku.

 Sikapnya yang mengejutkan sangat berbeda dari apa yang kulihat di kelas.

 "Apa yang baru saja kau lakukan?  Siapa kau?"

 Aku menyipitkan mataku dan bertanya padanya.

 Aku menajamkan konsentrasiku sehingga aku tidak akan melewatkan satu gerakan pun yang mungkin akan dia lakukan.

 Alasan mengapa aku meningkatkan kewaspadaanku itu sederhana.

 Tidak mungkin seorang murid biasa bisa menyelinap ke arahku seperti itu, tidak ada seorang pun dari dunia ini yang bisa melakukannya.

 “Bukankah aku sudah memberitahumu namaku sebelumnya?  Mai Shiina.  Itulah namaku di dunia ini.”

 Jawab Shiina.

 “Dunia ini, huh?”

 Ada kata-kata yang bercampur dengannya yang tidak bisa kulewatkan.

 Aku tidak berpikir kalau itu hanya sekedar kata-kata belaka.  Ekspresi yang tak kenal takut di wajahnya telah berbicara banyak.

Wanita ini terkait dengan kehidupanku sebelumnya.

 “Lama tidak bertemu, Pahlawan.  Kamu terlihat jauh lebih maskulin dalam kehidupan ini.”

 Cara dia memanggilku.  Nada suara itu.  Sikap itu.  Aku mengenali semuanya.

 Namun, karena dia tidak terlihat mirip, aku gagal menyadarinya.

 “Kamu akhirnya menyadarinya.  Sudah terlambat untuk itu.  Kupikir intuisimu telah memudar."

 Tetapi jika dia memang bereinkarnasi juga di dunia ini seperti diriku, wajar saja jika dia terlihat berbeda.

 Visi dari kehidupanku sebelumnya tumpang tindih dengan penampilan murid pindahan misterius bernama Mai Shiina ini.

 "Kau... Kau Cerise, Si Penyihir Bencana!"

 Ketika aku meneriakkannya, Mai Shiina──bukan, Sang Penyihir Cerise, mengangguk.

~•~


Sebelumnya |Semua|Selanjutnya

Suport admin

Related Posts