Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara, Otonari ni Sumu Bishoujo Ryuugakusei ga Ie ni Asobi ni Kuru You ni Natta Ken Nitsuite Volume 1 Chapter 3

 

Chapter 3: Guru yang Peduli Terhadap Muridnya


 "Terima kasih." (Akira) 

 Melihat keadaan sudah mulai tenang, Akira berbisik pelan ke telingaku.

 Setelah melakukan kontak mata denganku sebelumnya, Akira menyadari bahwa dia sudah membuat Charlotte tidak nyaman, dan menyebabkan dia membalikkan situasi dan mendukungku.  Mungkin karena itulah dia berterima kasih padaku.  Jika dia terus mendorong maju tanpa dia sadari, mka akan ada dampak negatif pada kesan Charlotte terhadap dirinya. 

 Aku memberinya anggukan dan memulai bersiap untuk pulang. Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus yang perlu aku lakukan setelah pulang sekolah, tetapi mungkin akan lebih baik untuk semua orang dan suasana dikelas jika aku pergi.

 Namun-

 "Oh?  Itu pernyataan yang sangat mengagumkan yang datang dari Saionji, orang yang memiliki skor keseluruhan terendah di kelas.” (Miyu-sensei) 

 Tepat setelah semua orang memulai persiapan mereka untuk pulang, Miyu-sensei, dengan ekspresi nakal dan suara yang membuatnya tampak seperti sedang bersenang-senang, tiba-tiba berbicara.

 "--Hah!?  Mi-Miyu-sensei...?  Seharusnya jam pelajaran wali kelas sudah selesai, bukankah kamu seharusnya berada di ruang guru?” (Akira) 

 Akira menoleh ke arah Miyu-sensei yang tiba-tiba memasuki kelas dengan keringat dingin yang mengucur di sekujur tubuhnya.  Sepertinya kemarahan Miyu-sensei hari ini telah menanamkan trauma di hatinya.  Aku tidak tahu apa yang dikatakan miyu-sensei kepadanya, tetapi melihat bagaimana reaksinya saatmelihatnya, dia mungkin ditegur dengan cukup keras saat di ruang guru. 

 “Yah, saat ini kau tidak perlu terlalu takut.  Aku kembali karena aku tidak ada urusan denganmu." (Miyu-sensei) 

 “P-Fiuh, seharusnya kamu mengatakan itu lebih awal.  Astaga, kamu tidak seharusnya menakut-nakuti orang lain seperti itu kau tau.” (Akira) 

 “Fufu, selama kamu tidak melakukan kesalahan lagi, maka aku tidak akan marah kepadamu, jadi untuk apa kamu takut lagi?  Apakah kamu ingin mengakui sesuatu?  Jika demikian, apakahkamu ingin kembali ke ruang guru lagi? (Miyu-sensei) 

 Akira mengatakan sesuatu yang tidak perlu setelah merasa lega, menyebabkan Miyu-sensei tersenyum dan meraih bahunya dengan kerutan marah di dahinya.  Dari suara gemerisik yang terdengar, ekspresi menyakitkan di wajah Akira, dan tubuhnya yang gemetar, aku tahu bahwa cengkeramannya cukup kuat.

 “Miyu-sensei, bukankah kamu kembali karena ada hal lain?” (Akihito) 

 Karena Miyu-sensei adalah tipe orang yang tidak akan berhenti sampai dia menyelesaikan semuanya, jadi aku memotong pembicaraan di antara mereka dan mengubah topik pembicaraan.  Dia secara tak terduga adalah guru yang relatif sederhana, jadi seharusnya mudah untuk mengalihkan perhatiannya dengan cara ini.

 —Namun, aku akhirnya menyesal mengingatkan Miyu-sensei tentang urusannya. 

 “Ah, itu benar.  Aku punya urusan denganmu, Aoyagi.  Ikutlah denganku sekarang juga.” (Miyu-sensei) 

 “Eh…?” (Akihito) 

 Aku tidak berpikir bahwa aku akan menjadi orang yang berurusan dengannya, menyebabkanku menjadi terdiam.

 Apakah ini mungkin—

 "Aku pikir aku juga akan memberimu hukuman atas apa yang terjadi pagi ini." (Miyu-sensei) 

 Seperti yang aku pikirkan…

 Bukankah dia bilang tidak apa-apa selama dia tidak menyadarinya...?

 Menolak akan akan membuatnya semakin buruk, jadi aku dengan terpaksa mengikuti Miyu-sensei keluar.


 “Maafkan aku ya, Aoyagi.  Aku tadi tiba-tiba diminta untuk melakukan sesuatu, jadi aku ingin seseorang membantuku.” (Miyu-sensei) 

 Saat aku sedang mengatur bahan ajar di ruang penyimpanan, Miyu-sensei meminta maaf kepadaku sambil mengatur barang-barang yang berserakan.

 Saat ini, aku sedang sibuk membersihkan ruang penyimpanan dengan Miyu-sensei.

 “Tidak, tidak apa-apa.  Namun, jika kamu hanya ingin seseorang membantu, tolong jangan mengancam mereka dengan hukuman.” (Akihito) 

 Aku terus menggerakkan tanganku, tetapi aku secara bersamaan mengajukan keluhan kepadanya. 

 Ketika Miyu-sensei memberitahuku bahwa aku akan menerima hukuman, aku berpikir bahwa aku akan menerima omelan sama seperti Akira yang membuatku khawatir.

 Yah, itu adalah kesalahan Akira dalam menciptakan alasan baginya untuk dimarahi begitu parah, tapi aku akan mengatakan dengan jujur kepada Miyu-sensei, tapi masih ada kemungkinan aku akan menerima hukumanku sendiri.

 “Hukuman adalah alasan yang tepat untuk mengeluarkanmu dari kelas untuk membantuku.  Jika Saionji adalah satu-satunya yang menerima hukuman atas insiden pagi ini, makan kamu akan sekali lagi membuat orang membencimu.” (Miyu-sensei) 

 Aku tidak menjawabnya, tetapi aku paham arti perkataannya bahwa dia sedang mengkhawatirkanku. 

 Meskipun Miyu-sensei memiliki temperamen yang buruk dan kepribadian yang berkemauan keras, itu adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa dia adalah guru yang luar biasa yang menjaga kesejahteraan muridnya.  Dan itulah alasan mengapa Miyu-sensei sangat populer di kalangan siswa dan para siswa dengan akrab memanggilnya dengan nama depannya. 

 “Juga, kamu tadi membawa permusuhan semua orang ke dirimu lagi, kan?  Mengapa kamu selalu memilih untuk mengambil peran yang tidak menguntungkan dalam kasus seperti itu?" (Miyu-sensei) 

 Mungkin karena aku tidak menjawab, Miyu-sensei terus bertanya padaku.  Aku berhenti memindahkan barang-barang dan aku menatap mata Miyu-sensei kemudian bertanya kepadanya. 

 "Sejak kapan kamu tadi mengamati situasinya?" (Akihito) 

 “Itu tepat sebelum kamu mengambil inisiatif untuk menghentikan Saionji.” (Miyu-sensei) 

 "Itu berarti kamu sudah menyaksikan dari awal ..." (Akihito) 

 "Ya. Aku tadi sedang mempertimbangkan apakah akan masuk atau tidak dan menyela, tetapi ketika aku melihatmu bergerak, aku langsung berhenti.  Aku idak ingin ikut campur dalam masalah di antara para murid, dan aku tahu kamu akan menyelesaikannya.  Sejujurnya, aku berharap aku lebih baik masuk saja tadi.” (Miyu-sensei) 

 Kata-kata dan ekspresi Miyu-sensei dengan jelas menunjukkan penyesalannya.  Itu mungkin karena aku menjadi satu-satunya penjahat. Aku percaya itu adalah pilihan terbaik mengingat keadaan, dan juga karena aku mempercayai Akira.  Namun, sepertinya itu adalah pilihan yang buruk dengan hasil yang tidak menguntungkan dari sudut pandang Miyu-sensei.

 “Kalau hanya itu saja sih. Aku tidak terlalu memperdulikannya.” (Akihito) 

 “Kamu ini ya… Aki sangat khawatir jika kamu menjadi sasaran bullying di sekolah.” (Miyu-sensei) 

 Miyu-sensei bergumam dengan ekspresi kagum.

 Aku secara refleks bereaksi terhadap kata-kata yang tidak boleh aku abaikan. 

 "Tunggu dulu.  Gadis itu, apakah dia benar-benar mengatakan itu?” (Akihito) 

 “Ah~!  Selain itu, dia mengatakan hal-hal seperti, 'Apakah Senpai kesepian tanpaku~?' dan 'Apakah dia makan siang sendirian~?'” (Miyu-sensei) 

 Mendengarkan kata-kata dari Miyu-sensei, aku bisa merasakan migrain serius menjalariku.

 Aki adalah adik perempuan Miyu-sensei yang jauh lebih muda darinya, selain itu, dia adalah juniorku di SMA. 

 Dia memiliki kepribadian yang agak feminin, yang sangat berkebalikan dengan kepribadian Miyu-sensei.  Namun, dia juga memiliki perasaan khawatir yang tinggi dan terkadang agak sedikit mengganggu.

 “Kenapa dia berpikir aku akan kesepian ketika dia tahu bahwa Akira berada di kelas yang sama denganku…?  Selain itu, dia tidak pernah mengungkapkan 'kekhawatiran' itu kepadaku meskipun kami hampir bertemu setiap hari.” (Akihito) 

 “Yah, jika dia mengatakan itu padamu secara langsung, mungkin akan membuatmu marah, kan?  Dia juga berkata, 'Saionji-senpai bisa mengumpulkan orang, tetapi mereka akan selalu pergi jika Senpai ada.'” (Miyu-sensei) 

 “…Apakah ini, tidak apa-apa untuk memberitahuku semua ini?  Dia mungkin akan mulai menangis setelah aku memarahinya, kau tahu?” (Akihito) 

 “Haha~ Kamu tidak perlu khawatir, aku tahu kamu tidak bisa menegur Aki dengan keras.” (Miyu-sensei) 

 "Miyu-sensei, ternyata kamu cukup licik ya..." (Akihito) 

 "Kamu tidak bisa bertahan hidup di masyarakat ini jika kamu tidak licik." (Miyu-sensei) 

 Miyu-sensei memberiku saran yang benar-benar tidak masuk akal dengan tatapan polos.

 Aku masih tidak bisa memahami bagaimana Aki yang serius dan rajin dan Miyu-sensei yang tidak bertanggung jawab adalah seorang saudara kandung. 

 “Hei, Aoyagi.  Apa yang sedang kau pikirkan?" (Miyu-sensei) 

 Segera setelah aku memikirkan sesuatu yang agak kasar, Miyu-sensei merespons dengan sensitif.  Orang ini menakutkan ketika dia menunjukkan nalurinya yang seperti binatang di saat-saat seperti ini.

 Untuk saat ini, aku menggelengkan kepala ke samping dan bersikeras bahwa itu hanyalah kesalahpahaman.

 Jika dia tahu tentang apa yang aku pikirkan, makan dia akan memarahiku dengan keras.

 “Begitu, jadi itu hanya imajinasiku saja… Yah, tidak apa-apa.  Yang ingin aku katakan adalah, kamu harus lebih menjaga dirimu sendiri. ” (Miyu-sensei) 

 "Aku merasa sepertinya aku sudah merawat diriku sendiri dengan cukup baik." (Akihito) 

 “Dalam keadaan pikiran apa kamu mengatakan itu…?” (Miyu-sensei) 

 Miyu-sensei menghela nafas berat sambil memegang dahinya dengan frustrasi.

 Kenapa dia membuat ekspresi kaget?

 “Miyu-sensei, ini seharusnya sudah selesai.  Bisakah aku pergi sekarang, dia akan berisik jika akh sampai di sana terlambat. ” (Akihito) 

 Aku menegaskan bahwa aku telah selesai dengan pekerjaanku dan menyatakan keinginanku untuk segera pergi.

 Jika aku terus tinggal di sini, maka aku hanya akan diomeli olehnya. 

 Dan juga Aki akan khawatir jika aku terlambat, jadi akan sangat buruk jika aku tidak segera keluar.

 "Terima kasih. Aku akan menghubungi Aki untuk meberi tahu kedatanganmu. Terima kasih karena sudah membantuku." (Miyu-sensei) 

 “Tidak apa-apa, karena aku menerima uang, maka aku menganggapnya sebagai pekerjaanku.  Itulah sebabnya ku tidak punya alasan untuk berterima kasih kepadaku" (Akihito) 

 Alasan Miyu-sensei berterima kasih padaku adalah karena aku sebenarnya adalah gurunya Aki.

 Ketika aku memberi tahu Aki bahwa aku akan mencari pekerjaan paruh waktu ketika aku mulai masuk SMA, dia malah memintaku untuk menjadi guru lesnya. 

 Awalnya aku menolak, namun setelah didesak oleh Aki dan diberi izin oleh orang tua Aki, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan tersebut.

 Setelah membungkuk ke arah Miyu-sensei dan mengucapkan selamat tinggal padanya, aku menuju ke rumah Aki.

 Jarak antara sekolahku dan rumah Aki tidak terlalu jauh, jadi aku yakin tidak akan terlambat.

 —Atau begitulah menurutku. tapi ternyata aku tidak bisa sampai tepat waktu untuk waktu yang sudah dijanjikan. 

~•~


<<Sebelumnya|Semua|Selanjutnya>>

Dukung Kami

Related Posts