Apron no niau gal nante zuru i Volume 1 Chapter 1 Part 3

 

Chapter 1 Part 3: Dia Mulai Belajar

 Ternyata ini tidak baik-baik saja. 

 “Apa-apaan ini…?” (Shoichi)

 Shoichi melihat selembar kertas yang sudah robek dan tidak bisa berhenti bergetar.

 Di papan tulis, ada daftar pertanyaan dari berbagai mata pelajaran dan tingkat kesulitan.

 Itu adalah daftar pertanyaan dari uji kompetensi yang Shoichi tulis dari ingatannya.

 Hal pertama yang dia lakukan adalah menguji kemampuan Amiru dan memintanya untuk menuliskan jawabannya di selembar kertas.

“Ini bahkan lebih buruk dari apa yang aku bayangkan…” (Shoichi)

"Booo" (Amiru)

“Tidak, kamu tidak dalam posisi untuk memprotes dengan pipimu yang membusung. Ada apa dengan persentase jawaban yang benar ini? Bahkan jika ini mendadak, ini sangat buruk jika hanya mendapatkan tiga jawaban yang benar dari tiga puluh pertanyaan” (Shoichi)

 “Ahaha, kurasa itu benar…” (Amiru)

 “Juga, kesalahan yang kamu buat sangatlah buruk. Tidak terlalu buruk jika kamu salah mengeja kanji atau tidak ingat rumus luas suatu bangun, tetapi ada apa dengan jawaban ‘Tahun kematian Oda Nobunaga’ menjadi ‘9382?!’ Kamu hidup terlalu jauh ke masa depan, Raja Iblis dari Surga Keenam” (Shoichi)

“Yah, kupikir ada yang salah dengan itu juga. Tapi kamu tahu, ada permainan kata tertentu” (Amiru)

“Ah… Di mana kamu menghafal angka-angka dengan mencocokkan kata-katanya. Katakan padaku, apa yang kamu hafal?” (Shoichi)

“Saat Nobunaga-san meninggal, dia memakai boxer-pantsu (9382)” (Amiru)
[TL/N: Hanya tebakanku, tapi pengucapan untuk boxer mendekati 9( kyu ) dan 3( san ) dan tulisan untuk pantsu terlihat seperti 8 dan 2]

 “Kalau begitu, itu seharusnya ‘strawberry-pantsu (1582)!’ Tahun kematian Oda Nobunaga adalah 1582!” (Shoichi)
[ TL/N: Strawberry adalah ichigo, ichi adalah 1 dan go adalah 5]

 Ketika Shoichi berteriak padanya, Amiru cemberut dan akhirnya menatap Shoichi dengan nakal dan tersenyum.

 “Ahh, kamu sangat nakal, Sho-chan!” (Amiru)

 "Hah?" (Shoichi)

 “Kurasa tidak baik berteriak strawberry-pantsu keras-keras~” (Amiru)

 "A-Apa yang kamu bicarakan, ini, seperti yang disebutkan, permainan kata ..." (Shoichi)

 “Apakah kamu menyukai hal semacam itu? Apakah kamu menyukai gadis yang memakai pakaian yang seperti itu?” (Amiru)

 "Tidak! Dengarkan apa yang aku katakan!” (Shoichi)

 Shoichi memegangi kepalanya dengan tangan karena melihat sikap Amiru yang jelas-jelas sedang bercanda.

 Shoichi bertanya-tanya apakah dia mengerti gawatnya situasi ini.

 Namun, Amiru tertawa, sambil bergumam, "Aku hanya bercanda", ketika tiba-tiba, matanya menyipit.

 “Tapi itu nostalgia karena Sho-chan mengajariku cara belajar seperti ini” (Amiru)

"Oh, begitukah?" (Shoichi)

 “Ya, kecuali belajar untuk ujian. Ingatkah ketika aku masih di kelas tiga? Kamu mengajariku bagaimana menyelesaikan PR musim panasku ketika aku sepertinya tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu” (Amiru)

 “Ah… kamu terlihat seperti akan menangis” Shoichi mengangguk mengingatkan.

 Saat itu, Amiru tidak pernah sembrono seperti saat ini, dan dia selalu mengerjakan PR musim panasnya dengan rajin, tetapi ada satu waktu ketika dia secara tidak sengaja melupakan pelajaran dan menemukannya di hari terakhir liburan musim panas.

 Ketika Amiru datang kepadanya sambil menangis meminta bantuan, Shoichi tidak punya pilihan selain membiarkannya menyalin semuanya – yang keterlaluan, jadi dia mengawasinya mengerjakannya, kadang-kadang bahkan memberinya bimbingan, sampai dia selesai.

 “Namun, kali ini di level yang berbeda. Lagi pula, kamu mungkin akan mengulangi satu tahun” (Shoichi)

 "Ya aku tahu" (Amiru)

 Amiru berkata santai dengan suara yang terdengar seperti dia tidak sepenuhnya mengerti, sambil menatap Shoichi.

 “Jadi, Sho-chan, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku harus belajar mulai saat ini agar aku bisa mendapatkan nilai ujian yang bagus?” (Amiru)

 "…Hmm…"(Shoichi)

 Shoichi membandingkan tesnya sendiri dengan jawaban Amiru—tak tertahankan untuk dilihat—.

 Untungnya, tiga pertanyaan yang dia jawab dengan benar semuanya dalam bidang subjek yang sama.

 Mereka semua terkait dengan tanaman dalam sains.

 Kemudian, dia harus menunda sains dan mengajarinya satu mata pelajaran pada satu waktu.

  Jika aku terburu-buru dan menjejalkannya terlalu banyak, itu akan memiliki efek yang sebaliknya. Kurasa aku hanya perlu meluangkan waktuku.

 Karena akan mudah mengajarinya rumus untuk menemukan luas suatu bangun, jadi dia memutuskan untuk mulai dengan matematika.

 Dengan pemikiran ini, Shoichi menginstruksikan Amiru untuk membuka buku catatannya.

–Setelah puluhan menit.

 "…Apa? Kenapa kamu tidak bisa menyelesaikan satu pertanyaan pun?”(Shoichi)

 Seolah mengambil alih Amiru, Shoichi mengerang saat dia berbaring telungkup di atas meja.

 Amiru merasa ingin menangis sedikit dan “Eh…?” terdengar ketika dia melihat catatannya.

 Ada koreksi dalam warna merah.

 Itu dilakukan oleh Shoichi.

 Dia mungkin sudah hafal rumusnya, namun, ketika dia menghadapi pertanyaan, dia tidak bisa mengikuti pemahamannya.

 Dia tidak bisa menentukan di mana alas sebuah segitiga berada, atau di mana harus menggambar garis bantu untuk mempertimbangkan sosok majemuk.

 Singkatnya, dia tidak bisa menerapkan rumusnya. 

 Shoichi menggosok pelipisnya dan kemudian menatap Amiru dengan senyum tulus.

 “Bagaimana kamu bisa masuk ke sekolah ini?” (Shoichi)

 “Aku melakukan yang terbaik untuk belajar sepanjang malam dengan bantuan teman-temanku. Tapi setelah ujian, aku lupa semuanya”(Amiru)

“Kalau begitu, apa gunanya belajar?” (Shoichi)

 Ketika Amiru menjulurkan lidah padanya, Shoichi menghela nafas panjang.

 Sejujurnya, dia tidak menyangka akan seburuk ini.

 Tidak ada jumlah waktu yang cukup untuk ini.

 Saat itu, Amiru menatap Shoichi dengan wajah yang sedikit misterius, yang menurutnya cukup canggung.

 "Um, Sho-chan" (Amiru)

 "Apa?"(Shoichi)

 "Aku akan belajar keras, jadi jangan tinggalkan aku ya? " (Amiru)

 Setelah mengatakan itu, dia menutup matanya dan memeluk lengannya erat-erat.

 Perasaan yang tulus dan lembut itu langsung menyentuh hati Shoichi yang hampir kecewa.

 Saat ini gadis ini, dia sudah terlalu tidak berdaya untuk sementara waktu! 

 Tubuhnya begitu dekat dengannya sehingga dia bisa melihat opaiya lebih jelas dari sebelumnya melalui celah di kerahnya.

 Cara mereka bergoyang selaras dengan gerakan Amiru sangat aneh.

 Dengan panik Shoichi mengumpulkan akalnya, kemudian menjawab dengan batuk.

 “Sejujurnya, saat ini aku merasa ingin menyerah… Tapi aku sudah berjanji pada sensei. Selain itu juga, sepertinya aku bisa meningkatkan nilai internalku… Jadi mau bagaimana lagi, aku tetap akan berusaha menbantumu” (Shoichi)

 "Betulkah? Sampai akhir?" (Amiru)

 "Ya, sampai akhir" (Shoichi)

 "Terima kasih~!" (Amiru)

 Mungkin karena merasa lega, Akhirnya Amiru merasa tenang dan tersenyum.

 Sangat mengesankan melihat bibirnya, yang dilapisi dengan lip balm, bergerak saat berkilauan dalam cahaya.

 Shoichi merasakan kelelahan saat dia mencoba untuk mendapatkan kembali fokusya yang goyah.

 –Tapi barusan, Amiru yang putus asa tampak sedikit lucu.

 Dia berbau harum, dan sentuhannya lembut dan hangat.

 Dia menyadari bahwa pikiran seperti itu terjebak di otaknya dan kemudian buru-buru menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkannya.

 tentu saja Shoichi tidak mengharapkan masalah seperti ini terjadi. 

 Dan juga, gal benar-benar menakutkan.

 Aku tahu aku mengatakan aku akan bertanggung jawab sampai akhir dengan agak santai, tapi… Apa ini benar-benar baik-baik saja? Bagaimana aku bisa mengajarkan setiap mata pelajaran kepada orang yang memiliki masalah dengan masalah terapan dalam geometri?

 Sekali lagi, dia khawatir.

 “Ah…” Amiru bergumam dan menatap pengeras suara di kelas.

 Musik yang mengumumkan pembubaran dari sekolah mulai diputar.

 Sebelum mereka menyadarinya, mereka telah belajar sampai larut petang. 

 “…Aku tidak percaya ini sudah sangat larut. Aku harus mengunci dan mengembalikan kuncinya kepada sensei” (Shoichi)

 “Kalau begitu, apakah kita sudah selesai hari ini? Tidak mungkin…” Amiru memasang wajah frustrasi.

 Seperti yang diharapkan, pasti frustasi karena tidak bisa menyelesaikan satu pertanyaan pun.

 “Tidak bisakah kita melakukan sesuatu yang lebih? Aku akan melakukan yang terbaik!" (Amiru)

 “Tidak, tidak apa-apa untuk bekerja keras, dan aku ingin menanggapinya, tapi… Kita tidak bisa menggunakan ruang kelas, dan perpustakaan juga akan segera tutup. Tidak ada tempat untuk belajar, kamu tahu”(Shoichi)

 “Um… Lalu, bagaimana jika di rumah Sho-chan?” (Amiru)

 "Apa? Rumahku?" (Shoichi)

 "Ya. Aku selalu pergi ke sana sepanjang waktu. Rumahku juga dekat, jadi kupikir tidak apa-apa jika aku pulang terlambat. Itu ide yang bagus, kan?”(Amiru)

 “Tidak, kamu tidak bisa begitu saja membuat keputusan seperti itu… Ada masalah jika terlihat dan sebagainya” (Shoichi)

 Meskipun mereka adalah mantan teman masa kecil, dia masih tidak nyaman membiarkan seorang gadis seusianya masuk ke rumahnya.

 Jika salah satu teman sekelasnya melihatnya, itu mungkin menyebabkan kesalahpahaman yang tidak diinginkan.

 Namun, Amiru meletakkan tangannya di pundaknya dan menjabatnya dengan penuh kasih sayang, sambil berkata, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, ayolah"

 Dalam situasi ini, Shoichi tidak bisa menolak dengan keras.

 Untuk beberapa alasan, dia hanya merasa seperti itu. 

 Dia hanya ingin belajar, setidaknya. Dan karena yang sensei memintaku untuk membantu pula.

 Dia menghela napas di dadanya dan menatap Amiru, membuat wajah sekuat mungkin.

 "Oke. Tapi aku akan mengantrmu pulang segera setelah kamu menyelesaikan pertanyaan tadi. Aku tidak berpikir itu pantas bagi seorang pria dan seorang wanita untuk tinggal bersama-sama sampai larut malam” (Shoichi)

 "Oke. Sudah lama sejak aku berkunjung ke rumah Sho-chan, aku merindukannya dan aku menantikannya! Nee~ , apa kamu masih punya game dan semacamnya?”(Amiru)

 “Seperti yang kukatakan, pulanglah segera setelah kita selesai belajar! Jangan memeriksa apakah aku memiliki peralatan hiburan apa pun!”(Shoichi)

 Gadis ini mungkin akan menginap jika aku tidak berhati-hati. 
 
 Shoichi bergumam dalam benaknya dan diam-diam bersumpah untuk menyingkirkannya begitu mereka menyelesaikan urusan mereka.
~•~

Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Dukung Kami

Related Posts