Kimi wa Hatsukoi no Hito, no Musume Volume 1 Chaper 1 Part 2

 

Chapter 1 Part 2: Putri Cinta Pertamaku


 Ichigo menyelamatkan gadis SMA yang terlihat persis seperti cinta pertamanya secara kebetulan ketika dia berurusan dengan seorang pemabuk.

 Namanya Luna Hoshigami.

 Anehnya, dia adalah putri dari teman masa kecilnya, Sakura, dan dari orang yang pernah berpisah dengannya.

 Ketika dia memberi tahu Ichigo bahwa ibunya sudah tidak ada lagi di dunia ini, Ichigo merasa kepalanya terguncang sampai ke intinya.

 “Bukan hanya ibuku, tapi… Ayahku juga telah meninggal jauh sebelum dia.  Sekarang, keluarga ibuku adalah wali yang mengurusku.”

 Dibombardir dengan semburan informasi, Ichigo samar-samar tetap mendengar kata-katanya, tapi…

 Ichigo sedikit merasa dalam keadaan tidak sadarkan diri.

 Kematian Sakura – Fakta yang terlalu berat untuk dia terima.

 Dia terhuyung-huyung dan duduk di kursi terdekat.

 "Apakah kamu baik-baik saja?"

 “Ah… Iya.”

 Luna menjadi khawatir saat melihat kekecewaan dan syok Ichigo yang tiba-tiba.  Akhirnya Luna bertanya,

 "Apakah kamu mengenal ibuku ...?"

 Berdasarkan apa yang dia lihat, itu adalah pertanyaan yang wajar untuk ditanyakan.

 “Ah… Yah, kurasa kita bisa disebut sebagai teman masa kecil… Tapi aku belum pernah melihatnya sejak dia menikah.”  Ichigo berbicara jujur ​​tentang hubungannya dengan Sakura.

 Tapi kemudian…

 “Mungkinkah kamu… ‘Ichi’, Ah, Ichigo Kugiyama-san?”

 “……”

 Ketika Luna tiba-tiba mengatakan 'Ichi', Ichigo menjadi tercengang.  Nostalgia – pikirnya.  Ini karena itu adalah nama panggilan yang Sakura gunakan untuk memanggilnya.  Tapi, yang lebih penting dari itu, muncul pertanyaan lain.

 “Bagaimana kamu tahu tentang aku?”

 Menanggapi pertanyaan Ichigo, Luna menjawab dengan ekspresi agak cemberut.

 "Ibuku sering berbicara tentang Ichigo-san."

 "Jadi begitu…"

 Meskipun mereka berjauhan, dia tidak melupakannya... Saat dia memikirkan ini, senyum polos dari teman masa kecilnya yang melihat ke arahnya, kembali ke pikiran Ichigo...

 Seakan bendungan jebol, air mata mulai mengalir dari matanya.  Sekali lagi, dia menelan kenyataan bahwa dia tidak lagi di dunia ini, dan dia tidak bisa lagi menekan emosinya.

 “Ku-Kugiyama-san…”

 "Maaf, aku tidak apa-apa."

 Untuk sesaat ketika Luna tampak khawatir, Ichigo langsung bertingkah seperti orang dewasa dan tetap tenang.  Pikiran normalnya kembali ke pikiran Ichigo, dan dia menyadari sesuatu sekali lagi.

 Dia menyadari bahwa dia telah membuat Luna berbicara tentang kematian ibunya… Pengalaman yang menyakitkan bagi seorang gadis semuda itu untuk membicarakan yang seperti itu..

 "Maafkan aku."  Ichigo menundukkan kepalanya dan meminta maaf atas sikapnya yang tidak pengertian.

 "Tidak, tidak, tolong jangan khawatir tentang itu."  Sebagai tanggapan, Luna buru-buru menjawab.

 "Tapi jika itu masalahnya, maka sekarang, kamu ..."

"Ya, seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak punya keluarga."

 Ichigo sebenarnya tidak menanyakan itu, tapi Luna salah paham.

 Ini yang disebut 'Kesepian'. 

 '...Tidak, aku yakin ada keluarga di pihak ibu dan ayahnya, jadi aku rasa aku tidak seharusnya mengatakan itu.'

 Saat Ichigo sedang merenungkan situasi gadis di depannya….  Tiba-tiba, suara "Growl~~" yang mengganggu bisa terdengar.

 Suara itu berasal dari perut Luna.

 "Oh tidak…"

 Sesaat, mereka berdua berhenti dan memutar mata, tetapi kemudian, Luna menyadari bahwa suara menggeram itu berasal darinya.  Segera, wajahnya mulai memerah karena malu, dan dia menekan perutnya.

 "Apakah kamu lapar?"

 "Maafkan aku…"

 “Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf.  Lagipula saat ini sudah waktunya untuk makan malam.”

 Ichigo, yang entah bagaimana menempatkan citra orang yang dia kagumi di atas wajah Luna, merasakan sedikit kelegaan ketika dia menunjukkan penampilannya yang rentan untuk pertama kalinya.

 Pada saat yang sama, fakta bahwa dia adalah putrinya Sakura, dan bahwa dia adalah seorang gadis kesepian yang hidup sendiri, membangkitkan keinginan untuk melindungi di dalam dirinya.
 
 Dia telah merencanakan untuk pergi lebih awal, tetapi dia tidak bisa lagi memaksa dirinya untuk melakukannya.

 "Luna-san, apa yang akan kamu makan untuk makan malam?"

 “Eh?”  Pada pertanyaan yang tiba-tiba itu, Luna sejenak kehilangan kata-kata.

 Fakta bahwa seorang pria yang lebih dari sepuluh tahun lebih tua darinya memanggilnya dengan '-san' mungkin menjadi salah satu faktornya.

 "Yah, aku baru saja berencana memasak makan malam ..."

 "Jika kamu mau, aku akan mentraktirmu makan malam."

 “Eh?!”  Luna juga terkejut dengan saran yang tiba-tiba itu.

 Di ponsel Ichigo, ada aplikasi yang terdaftar untuk pemesanan makana online.  Itu dari sebuah restoran yang biasanya dia kunjungi ketika dia terlalu malas untuk memasak makan malam.  Dia bisa menelepon restoran, tetapi menilai dari apa yang baru saja dikatakan Luna, sepertinya dia sudah menyiapkan bahan untuk makan malam.  Jika itu masalahnya, maka itu tidak boleh disia-siakan.

 “Yah, aku tahu aku bilang aku akan mentraktirmu, tapi aku akan memasak makan malam untukmu jika kamu mau.  Kamu hanya perlu menunggunya saja, itu juga jika tidak terlalu merepotkanmu. ”

 “Tidak, itu tidak masalah.  Sebenarnya, aku lebih suka kamu tidak perlu melakukan sampai sejauh itu ... "

  "Tidak-tidak apa-apa. Kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu. Ini hanyalah untuk kepuasan diriku sendiri.”

 Ichigo terkekeh pada dirinya sendiri ketika dia menyadari bahwa dia melakukan hal yang persis sama seperti Luna, yang sebelumnya bersikeras kepala untuk berterima kasih padanya dengan bagaimanapun caranya.

 Namun, Luna sepertinya tidak bisa menerima tawaran itu hingga akhirnya menerima setelah berpikir dua kali.

 "Berapa banyak yang ibumu ceritakan tentangku kepadamu?"  Ichigo bertanya kepada Luna yang masih bingung, "Apakah dia pernah memberitahumu bahwa aku pandai dalam memasak, atau semacamnya?"

 “Ah… Ya,” kata Luna dan mengangguk seolah dia menginat sesuatu.  “Kata Ibu, dia menyukai makanan yang terkadang dimasak oleh Kugiyama-san.”

 "…Jadi begitu."

 Senang mendengarnya.  Sakura mengingat hal-hal seperti itu, dan bahkan mengatakan kepada putrinya seolah itu adalah kenangan yang berharga – pikir Ichigo yang membuat dia sangat tersentuh.

 “Kalau begitu aku kira kamu bisa memberikan penilaian yang bagus tentang masakanku.  Bagaimana menurutmu, Luna-san?  Karena kita di sini, bukankah menarik untuk melihat apakah kemampuanku asli atau tidak?”

 Ketika Ichigo mengatakan itu dengan bercanda, Luna cemberut sejenak, tapi kemudian, seolah-olah dia tidak tahan lagi, dia meledakkan semuanya.

Itu adalah gerakan kecil yang lucu.

 “Hahaha… Kugiyama-san, kamu ini orang yang menarik, ya?”

 Ichigo merasa lega saat dia tertawa.  Suasana yang tadinya agak berat sepertinya sudah sedikit mereda.

 “Kalau begitu, aku akan menuruti perkataanmu… Ah,” Luna langsung menerima tawaran Ichigo untuk memasak makan malam.  Tapi kemudian dia berkata, “Aku tidak suka diperlakukan secara sepihak, aku merasa tidak nyaman… Ah, itu benar, jadi kenapa kamu tidak bergabung denganku untuk makan malam, Kugiyama-san?”

 “Eh?”

 Luna mengusulkan ide itu.  Mungkin itu karena dia tidak mudah menerima bantuan dari orang lain dengan tangan terbuka, seperti Ichigo.

 “Bahkan jika makanannya buatanmu sendiri, aku akan kesepian jika makan sendiri.  Juga, bisakah kamu ceritakan lebih banyak yang kamu ingat tentang ibuku, Kugiyama-san?”

 “……”

 Dia separtinya gadis yang kuat – pikir Ichigo.

 Pada saat yang sama, Ichigo memikirkan mentalnya dia yang tidak sesuai dengan usianya itu karena  pasti dia mewarisi sifat dari Sakura.

 ※ ※ ※ ※ ※

 Yah, akulah yang mengatakannya – Ichigo berpikir dalam hati saat dia pergi ke dapur rumah Luna dan bersiap untuk memasak makan malam untuk mereka berdua.

 Area dapur memiliki perlengkapan yang sangat baik, seperti yang di harapkan dari gedung apartemen yang bagus.

 Itu adalah dapur sistem.  Secara realistis, dapur ini mungkin agak terlalu besar untuk digunakan oleh satu orang.

 "Mari kita lihat…" 

 Memeriksa bahan-bahan yang disiapkan di lemari es, terdapat nasi beku, telur, ayam, dan sayur-sayuran dapat ditemukan di sana.  Itu adalah lemari es seorang siswa sekolah menengah yang tinggal sendirian, jadi tentu saja isinya tidak banyak.

 Walaupun demikian,

 "Baiklah, aku sudah memutuskan menunya."

 Saat dulu, Ichigo membuatnya untuk Sakura, dan sekarang, dia memutuskan untuk memilih hidangan yang sama.

 Dengan pemikiran itu, Ichigo mulai memasak.

 Pertama, Ichigo menyiapkan ayam, bawang bombay, dan paprika hijau sambil memanaskan mentega di wajan.  Dia kemudian memasukkan bahan-bahan yang sudah disiapkan ke dalam wajan panas dan membumbuinya dengan garam dan merica.  Setelah matang, dia mencampurkan nasi yang sudah dicairkan dan menambahkan saus tomat.

 "Baunya enak."  Luna berkata ketika dia datang untuk memeriksanya, “Wah!  Nasi ayam!"

 "Itu benar."

 Saat dia mengatakan itu, Ichigo meletakkan nasi ayam yang sudah selesai dimasak di atas piring.

 "Tapi tentu saja, ini masih belum selesai."

 Yah, aku pikir itu cukup jelas pada saat ini – pikir Ichigo dalam hati.

 "Aku akan membiarkanmu menikmatinya nanti setelah selesai."  Ichigo berkata sambil mengirim Luna kembali ke kamar sebelah untuk melanjutkan memasak.
 
 Melanjutkan, dia memecahkan sebutir telur dan mengocoknya di dalam mangkuk.  Kemudian, dia dengan cepat mencuci wajan panas dan membersihkan permukaannya.  Dia kemudian menuangkan telur yang sudah dikocok ke dalam panci, dan menyebarkannya rata untuk mematangkannya.
 
 Omelet empuk yang sudah jadi kemudian diletakkan di atas nasi ayam di piring.

 "Ini, sudah selesai."
 
Hasilnya adalah orthodox omurice.

Ichigo kembali ke ruang tamu dan meletakkannya di atas meja.

 "Wow…"

 Wajah Luna pecah kegirangan saat melihat nasi omelet yang dibawakan untuknya.

 Raut wajahnya tiba-tiba mengingatkan Ichigo pada wajah Sakura ketika dia memberinya hadiah ulang tahun ketika mereka masih kecil.  Kenangan yang baru ia ingat saat beberapa jam yang lalu.

 Itu adalah senyum yang mempesona.

 Setelah meletakkan piring di atas meja dan menyelesaikan persiapannya, Ichigo dan Luna duduk di kursi dan saling berhad-hadapan.

 ""Itadakimasu."" Suara keduanya itu saling tumpang tindih.

 "Fufu..." Luna terkikik lucu.

 “… Ada yang salah?”

 "Ah... Tidak. Hanya saja sudah lama sekali aku tidak makan malam bersama dengan orang lain."

 Maka dimulailah makan malam seorang pria dan seorang gadis yang baru saja mengalami pertemuan ajaib hari ini.

 "Lezat!"  seru Luna sambil menggigit omurice.  “Kau benar-benar pandai memasak ya, Ichigo-san.  Aku belum pernah memakan omurice yang begitu lezat ini sebelumnya.”

 "Itu pujian yang terlalu berlebihan."

 Tidak ada bahan khusus yang digunakan untu membuatnya.  Tidak ada bumbu khusus dan tidak ada produk mahal di dalamnya.  Itu seharusnya hanya omurice biasa, tetapi reaksinya sepertinya sedikit berlebihan…

 “Tapi aku senang kamu menyukainya.  Omurice ini... Aku pernah membuatkannya untuk Saku- Ibumu sebelumnya.”

 “Jadi untuk ibu juga…”

  Mendengar itu, Luna menunduk menatap piring di depannya.  Tentu saja, dibandingkan dengan dulu, keterampilan memasak Ichigo benar-benar amatir, dan bahkan sampai sekarang masih demikian.  Meskipun begitu, Sakura pada waktu itu, sama seperti Luna, juga berlebihan mengatakan kalau rasanya enak.

 Sakura bahkan berkomentar, 'Jika aku menikahi Ichi, maka aku akan bisa makan makanan lezat seperti ini setiap hari.'

 Sebagai seseorang yang memendam perasaan padanya, Ichigo sangat senang mendengarnya.

 'Ketika aku memikirkannya kembali, aku tidak percaya dia hanya tiga tahun lebih tua dariku. Dia terlihat sangatlah dewasa…'

 “Kugiyama-san!?”

 Saat dia memikirkan itu dengan serius, Ichigo sepertinya menangis sekali lagi.

 Tidak bagus, ini tidak bagus – pikir Ichigo.

 Ichigo tidak ingin membuat Luna khawatir jadi dia buru-buru menyeka air matanya.

 “…Melihatmu begitu peduli padanya, aku yakin ibu sangat bahagia di surga sekarang.”

 Dia tersenyum penuh perhatian kepada Ichigo.

 Setelah itu, Ichigo terus berbicara tentang Sakura saat makan malam.  Luna mendengarkannya, dan Ichigo berbicara seolah-olah dia sedang mengenang masa lalunya.

 Sakura adalah teman masa kecil Ichigo dan mereka sudah sering berinteraksi sejak mereka masih kecil.  Mereka bermain bersama, belajar bersama, dan pergi ke berbagai acara bersama.  Sakura adalah seorang nona muda, jadi ada kalanya dia harus pergi ke luar kota atau memiliki jadwal yang bentrok karena masalah keluarga, tapi dia selalu mengundang untuk bermain dengan Ichigo kapan pun dia punya waktu.

 Dan sekali lagi–

 “Jadi, nama panggilan Kugiyama-san, saat ibuku memanggilmu di masa lalu, adalah Ichi.”

 “Jangan menertawakannya, oke?”

 Melihat wajah Luna yang tersenyum, Ichigo merasa malu.

 “Aku selalu merasa ibuku adalah orang yang sangat kuat, bahkan ketika dia masih kecil.  Tapi entah kenapa, mendengarkan cerita Kugiyama-san dan dari julukan 'Ichi', dia tampak agak kekanak-kanakan.”

“Ya, aku juga berpikirkan demikian.”

 Memikirkannya kembali, dia mungkin tetap hanyalah seorang gadis muda pada waktu itu.

 '...Yah, kenangan yang indah.'

 Mereka melanjutkan percakapan yang menyenangkan seperti itu, dan sebelum mereka menyadarinya, baik Ichigo maupun Luna telah memakan semua makanan di piring mereka.

 ""Terima kasih atas makanannya."" Setelah selesai makan, suara mereka tumpang tindih lagi.

 “Ah, Kugiyama-san.  Apa kamu tidam mau meminumnya?"  Tiba-tiba, Luna bertanya pada Ichigo.

 “Eh?”

 Tawaran itu begitu tiba-tiba sehingga Ichigo menghentikan langkahnya.

 Ketika Ichigo menoleh, dia melihat Luna sedang menunjuk tasnya yang berisi laptopnya.  Tidak, lebih tepatnya, dia menunjuk ke arah kantong plastik dari toko toserba yang diletakkan di sebelah tasnya.

 Isinya adalah wiski dan air soda yang dibeli Ichigo, karena kantong plastik itu agak trasparan sehingga membuat isinya terlihat.

 "Maaf, tetapi aku tidak sedang ingin meminum itu."

 "Tidak, kamu tidak perlu khawatir tentang itu ..."

 Sikap Luna membuat Ichigo berpikir bahwa dia sangat disiplin dan sopan.

 “Aku tidak tahu banyak tentang itu, tetapi orang-orang minum wiski dengan air soda, kan?  Aku melihatnya di TV.”  Bertentangan dengan sebelumnya, Luna berkata kepada Ichigo dengan perasaan yang termotivasi, “Aku bisa melakukannya jika kamu mau.  Aku akan menuangkan minuman itu untukmu."

 "Ah, tidak, tidak usah..."

 Tawaran dari Luna memang menggiurkan.  Namun, membuat sedikit penyesalan moral menghantam Ichigo.

 Situasi saat ini akan membuat dia berada di situasi di mana dia menjadi orang dewasa yang minum alkohol di depan anak yang usianya di bawah umur, dan di rumah anak di bawah umur!

 Ichigo tidak bisa dan merasa bahwa itu adalah bertentangan dengan moral publik.  Meskipun, itu tergantung pada waktu dan situasi sih.

 “Ah, mungkinkah kamu tinggal jauh dari sini?  Atau apakah kamu benar-benar memiliki mobil yang diparkir di dekat sini? ”  Luna berkata dengan prihatin saat dia merasakan suasana hati Ichigo yang tidak tenang.

 “Tidak, rumahku dekat dan aku berjalan kaki.  Itu bukan masalah."

 "Itu terdengar baik.  Sudah lama sejak aku merasa sangat bahagia jadi aku harap Kugiyama-san akan menikmatinya sama sepertiku.”  Luna memiringkan kepalanya dan berkata dengan pandangan ke atas.

 “Tolong, biarkan aku menuangkan minuman untukmu, Kugiyama-san.”

 '…Ugh…'

 Luna tidak punya niat buruk.  Dia menyarankan itu sepenuhnya karena kebaikan hatinya.

 Bagaimanapun, itu tidak seperti aku memaksanya untuk minum denganku.  Seharusnya itu tidak ada masalah – pikir Ichigo.

 Tentu saja, Ichigo harus sangat berhati-hati agar dia tidak merasakan alkoholnya.

 '...Aku pikir jika sedikit saja tidak papa.'

 Demi gadis yang di depannya, Ichigo memutuskan untuk menerima tawarannya.

 "Kalau begitu, akan aku siapkan sebentar lagi."  Begitu dia mengatakan itu, Luna segera membawa kembali gelas dari dapur.  “Kamu biasanya memasukkan es ke dalamnya, kan?  Aku melihatnya di sebuah iklan.”  Sambil dia menambahkan es dari freezer ke dalam gelas.

 Luna meletakkan gelas di atas meja, diikuti dengan membuka botol wiski.  Kemudian, dia mencoba menuangkannya ke dalam gelas, tapi…

 “…Um, seberapa banyak ukuran pasnya…?”

 Tentu saja, dia tidak memiliki pengetahuan rinci, jadi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

 Melihat Luna yang kebingungan, Ichigo hanya bisa tersenyum.  Ichigo merasa seolah-olah dia adalah anaknya sendiri, yang sedang bermain akting sebagai orang dewasa.

 "Yah, sekitar segini."  Ichigo menawarkan uluran tangan kemudian dia mengambil botol dan menuangkannya ke gelas dengan ukuran sekitar sepersepuluh gelas.  "Kamu tidak perlu menuangkan wiski terlalu banyak ke dalam gelas."

 “Heh…”

 "Apakah kamu punya sendok?"

 Meminjam sendok dari Luna, Ichigo menggunakannya untuk mengaduk es dan wiski.  Ketika es telah sedikit mencair, kemudian dia mencampurnya dengan air soda.

 "Yah, kurang lebih seperti inilah."

 Ichigo menyesap cairan berbusa yang dihasilkan, yang berwarna kuning muda.  Dengan rasa wiski tua ditambah rangsangan karbonasi, minuman keras campuran terasa kaya rasa.

 "Aku mengerti.  Aku akan berlatih sekarang…”

 "Cobalah berlatih…"

 Luna mengeluarkan gelas lagi dan membuat highball sendiri.  Cara yang sama yang dilakukan Ichigo sebelumnya.
[TL/N: highball adalah wiski dicampur dengan air atau soda]

 Dia memiliki antusias yang tergambar di seluruh wajahnya.

 "Bagaimana menurutmu?"

 "Biarkan aku mencicipinya... Ya, ini enak."

 "Aku senang."

 Dia tampaknya mempelajarinya dengan cepat dan keterampilan Luna meningkat cukup pesat.

 Setelah itu, sembari menikmati highball buatan Luna, Ichigo terus menceritakan kenangannya.

 Namun, saat dia menenggak highballs yang dibuatnya, dia mulai merasa cukup mabuk.  Dan dia tidak punya waktu untuk mendapatkan kembali kesadarannya.

 Sejak itu, Ichigo bertanya-tanya berapa lama waktu telah berlalu.  Langkah energik Luna, tipikal remaja, telah membuat Ichigo lengah dan dia mendapati dirinya di ambang mabuk.

 "Dan kemudian, Sakura, dia ..." Dengan kepala berapi-api, Ichigo dengan penuh semangat berbicara tentang kenangannya dengan Sakura.

 “……”

 Untuk waktu yang lama, Luna hanya menatap wajah Ichigo dengan diam.

 "Hmm?  Ada apa, Luna-san?”

 “…Kugiyama-san, apakah kamu menyukai ibuku?”

 Dia memuntahkan highball yang telah dia teguk.  Untungnya, cairan itu tidak berceceran di lantai, tapi gelembung kuning itu bertebaran di udara dan Ichigo tersedak napasnya.

 "A-Apa yang kamu bicarakan ..."

 “Aku tahu dari caramu berbicara, Kugiyama-san.”

 Paling tidak, Ichigo berpikir bahwa dia telah mempertimbangkan bahwa dia adalah ibu Luna dan hanya berbicara tentang Sakura sebagai teman masa kecil yang merupakan teman baiknya.

 Mungkin, alkohol membuatnya terlalu banyak bicara, dan Ichigo mengatakan sesuatu yang bisa dirasakan Luna.

 “Aku cemburu pada ibuku.  Memiliki seseorang yang keren seperti Kugiyama-san, yang sangat menyukainya.”

 "...Tidak," Ichigo langsung berusaha menyangkal komentar Luna.

 Saat itu – Mungkin karena keadaan mabuknya menjadi lebih kuat, proses berpikir Ichigo berhenti bekerja dengan baik.

 "…Itu tidak benar."  Sebelum dia bisa menyangkalnya, perasaannya yang sebenarnya keluar dari mulutnya.  Mengoreksi kata-kata Luna, Ichigo berkata, "Saat itu, aku benar-benar masih kecil... Aku pikir Sakura hanya menganggapku sebagai adik laki-laki."

 "Itu tidak benar!"  Luna dengan tegas menyangkal parkataan Ichigo.

“Eh?”

 “Aku… aku sangat menghormati ibuku.  Dia adalah orang yang kuat.  Bahkan setelah ayah pergi, dia membesarkanku sendirian.”

 “……”

 “Dia mengajariku tentang rasa syukur dan bagaimana menjalani kehidupan yang baik… Dia juga mengajariku bagaimana bersikap sopan dan hormat di masyarakat.”

 Luna mengagumi Sakura, dan Sakura pun membesarkan Luna sebagai putrinya dengan penuh cinta dan kasih sayang.

 Bahkan jika Ichigo mengesampingkan fakta bahwa mereka mirip dalam penampilan, dia bisa merasakan aura Luna yang mengingatkannya pada Sakura…

 Kisah Sakura setelah dia menghilang dari kehidupan Ichigo – Bahkan dengan pikiran mabuk dan bingung, Ichigo mendengarkan dengan seksama cerita yang mulai Luna ceritakan.

 “Ibu dulu sering bercerita tentang Kugiyama-san.”

 “Eh…”

 “Berbicara tentang hari-hari itu… Ibu tampak sangat bahagia dan gembira.  Itu sebabnya aku bisa langsung mengenali Ichigo-san lebih awal.  Begitu kuat kesan yang dia tinggalkan kepadaku, jadi aku yakin, Ibu, dia…” Luna mengatakan dengan ekspresi serius.

 “Kurasa dia menyukaimu, Kugiyama-san.”

 “……”

 “Ah, ini hanya apa yang aku asumsikan sendiri.  Dia tidak pernah memberi tahuku apa pun secara langsung.  Terlepas dari apa yang terjadi, ibu dan ayahku memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia dan harmonis, dan aku juga sangat mencintai ayahku…”

 Tapi mengesampingkan itu – Tentang anak laki-laki dari cerita ibunya,

 Luna mengatakan bahwa dia tertarik pada Ichigo Kugiyama.

 “…Kugiyama-san, apa kau sangat mabuk?”  Luna bergumam untuk memastikan.  “…Aku selalu mengagumi Kugiyama-san sejak aku masih kecil.  Ibuku sering bercerita tentangmu, dan aku membayangkanmu sebagai orang yang sangat baik.  Kamu selalu menjadi orang ideal yang selalu aki kagumi di hatiku”  Luna mengakui perasaannya seolah-olah dia telah lama memendamnya.

 Sama seperti ketika Ichigo berbicara tentang Sakura, dengan nada suara yang berapi-api, Luna melanjutkan,

 “…Aku sangat senang kita bertemu hari ini.  Sekarang, aku yakin bahwa cerita itu memang benar.”

 "Jadi begitu…"

 Mendengar kata-kata itu, pemikiran bahwa Sakura mungkin merasa seperti itu padanya, Ichigo merasakan sesuatu di dalam dirinya, seolah-olah jantungnya dicabut dari dadanya.

 “Luna-san.”

 Akibat mabuk itu menyebabkan awan tipis terbentuk di kepala Ichigo.

 Saat mencoba memproses semua pikiran di dalam benaknya, Ichigo memanggil nama Luna.

 "Ya?"

 Luna hanya menatap kosong ke arah Ichigo.

 Untuk beberapa waktu sekarang, meskipun dia tidak minum, pipinya tampak agak memerah,

 “Jika kamu pernah memiliki masalah, kamu dapat mengandalkanku untuk apa pun itu. Aku akan membantumu."

 Meski telah kehilangan orang tuanya, dia harus tetap mendapat dukungan dari keluarga orang tuanya.  Secara finansial, dia tidak akan kesulitan.  Ichigo tahu tapi masih ingin mengatakan itu.

 "Apa pun…?"

 “Ya, untungnya kita bertemu hari ini.  Bahkan jika itu hanya permintaan kecil, beri tahu aku dan aku akan melakukan apa pun yang aku bisa. ”

 Dia berbicara dengan suasana kedewasaan.  Hal-hal yang Ichigo tidak bisa katakan atau lakukan pada Sakura saat itu.  Seolah ingin menebus dosanya, Ichigo mengatakan itu pada gadis yang masih menyimpan jejaknya.

 Pada saat yang sama, dia bersandar lemas.  Rupanya, dia terlalu banyak minum sehingga dia tidak bisa mengendalikan diri.  Merasakan sensasi yang tidak bisa digambarkan hanya sebagai rasa kantuk, Ichigo menjatuhkan dirinya ke meja.

Dari sudut matanya, Ichigo bisa melihat Luna yang membuat ekspresi yang bercampuraduk antara terkejut dan malu dengan kata-katanya tadi.

 "…Ya terima kasih banyak."  Sedetik kemudian, menanggapi tawarannya tadi, Luna kemudian berkata, “Aku selalu mencintaimu, Kugiyama-san.  Maukah kau menjadikanku kekasihmu?”

 Ichigo, yang sudah tidak bisa berpikir jernih dan nyaris tidak bisa memenuhi permintaannya, dengan bercanda menjawab,

 “Haha…Dengan senang hati…”

 Hanya itu yang bisa diingat Ichigo tentang malam itu.

 ※ ※ ※ ※ ※

 “… Mmm.”

 Rasa sakit perlahan dan bertahap menghantam kepala Ichigo saat dia bangun.

 Ichigo bisa merasakan sensasi lembut menyelimuti tubuhnya.  Dari perasaan yang menutupi punggung dan perutnya, dia tahu bahwa dia sedang berbaring di tempat tidur.

 "…Hmm?"

 Rupanya, dia tertidur sebelum dia menyadarinya.  Ingatannya dari saat sebelum dia tertidur kabur.  Dan dia mengalami sedikit sakit kepala.

 '...Apakah aku mabuk?'
 
 Menatap langit-langit dengan mata mengantuk, pikiran Ichigo kesana kemari.

 Mengingat kejadian tadi malam, Dia membantu seorang gadis SMA yang sedang diganggu pemabuk.  Setelah itu, dia pergi ke rumahnya karena dia ingin berterima kasih padanya.  Dan kemudian, ketika dia mengetahui bahwa dia adalah putri Sakura...
 
 “Hah…”

 Pada ingatan yang terlalu tidak realistis, Ichigo menghela nafas dan berbalik dalam tidurnya.

 Ini tidak nyata. Mungkin ini hanya kebetulan saja, aku yakin itu hanyalah mimpi – pikir Ichigo dalam hati.

 "…Tidak."

 Saat itulah Ichigo menyadari bahwa langit-langit yang dia lihat tidak sama dengan yang biasa dia lihat di rumahnya.

 Rumahnya, sebuah perumahan yang disewakan oleh perusahaan sebagai bagian dari keuntungan menjadi seorang manajer.

 Ada sesuatu yang berbeda dari langit-langit.  Berbeda dengan langit-langit kamar tidurnya, di mana ia biasanya tidur sendirian di rumah yang agak terlalu besar untuk satu orang seperti dirinya.

 '…Kamar ini…'

 “Selamat pagi, Ichi.”

 Dia mendengar suara memanggilnya.  Pada saat yang sama, sesuatu mendarat di perut Ichigo saat ia terbungkus futon.

 Itu dia, gadis SMA yang dia selamatkan.

 Dia mengenakan seragam sekolah, dan dia memanggil Ichigo dengan nama panggilan yang sama seperti teman masa kecilnya Sakura.

 Gadis itu – Luna Hoshigami, mengangkangi perut Ichigo melalui futon dengan senyum mempesona di wajahnya.

 Ujung rambut hitam berkilaunya melengkung di atas dada Ichigo, mengembuskan aroma lembut sampo.

 "Sarapan sudah siap."

 “Eh… Tidak, um…”

 “Jam berapa kamu bekerja?  Apakah tidak apa-apa jika kamu tidak terburu-buru?"

 “Masih ada waktu kok… Tunggu, itu tidaklah penting.  Um, Luna-san, ini…?”

Saat Ichigo panik, Luna menjelaskan sambil tertawa.

 “Tadi malam, Ichi hampir tertidur di kursi karena terlalu banyak minum.  Itulah sebabnya aku membawamu ke tempat tidur dan kamu akhirnya tinggal di tempatku.

 "A-aku minta maaf!"  Ichigo segera berkata ketika dia menyadari dia telah melakukan sesuatu yang salah.

 Dia menjadi sangat mabuk sehingga dia akhirnya tertidur di rumah seorang gadis sekolah menengah.

 Ichigo malu dengan kesalahannya.

 "Betapa menyedihkannya aku ..."

 "Tidak apa-apa.  Kamu tidak perlu meminta maaf.”

 Luna kemudian melanjutkan seolah itu wajar,

 "Bagaimanapun kita adalah kekasih."

 “…Eh?”

 Saat wajah Ichigo yang tercengang, Luna malah tersenyum.  Pipinya yang sedikit merah ceri tampak malu, dan senyumnya adalah campuran antara rasa malu dan kegembiraan.

 "Kamu bilang tidak apa-apa jika kita menjadi kekasih."

 “…Ah…” kata Ichigo sambil mengingat kejadian semalam.

 Tepat sebelum dia kehilangan kesadaran, sepertinya ada semacam kesalahpahaman dalam percakapan yang mereka lakukan.

 Dalam keadaan dan situasi saat itu, Ichigo linglung.

 Ya, memang Ichigo mengatakan itu.

 "…Apa-"

 Tapi itu hanya lelucon.

 "-Apa yang kamu bicarakan?  Tidak mungkin itu terjadi.”

 Ichigo tahu Itu pasti salahnya karena menjawab begitu ceroboh.  Namun, permintaan yang tidak realistis seperti itu tidak dapat disetujui dengan mudah.  Tidak mungkin Ichigo bisa menghadapinya.

 “Dengan putri Sakura… Tidak, pertama-tama, seorang yang dewasa dan sudah bekerja dengan seorang gadis yang masih SMA menjalin hubungan kekasih adalah…”

 “Apakah kau tidak menyukainya, Ichi?  Kau tidak ingin aku menjadi kekasihmu?”  Luna berkata sambil menegakkan punggungnya, mengangkat bagian atas tubuhnya.

 Pada sudut pandang Ichigo, dia bisa melihat sosoknya yang hampir full body.  Dia mengenakan seragam sekolah menengah khusus perempuan yang bersih dan indah.

 Dia memiliki rambut hitam panjang, hidung lurus, kulit putih transparan tanpa lecet, mata sipit, dan bulu mata panjang.  Itu adalah bentuk yang bisa dikagumi karena keindahannya secara gratis.

 Tidak – Lebih penting dari itu, ada unsur tak bermoral yang membuatnya tidak nyata dan mustahil bagi Ichigo untuk menerima permintaannya.

 “Kemarin, setelah Ichi menyelamatkanku, aku bertanya-tanya apakah mungkin aku bisa melakukan sesuatu untuk membalas budimu.  Kupikir Ichi akan sangat senang jika kita bisa menjadi sepasang kekasih…”

 "Karena alasan itu…"

 "Aku serius."

 Dia terlihat dan suaranya terdengar seperti Sakura, cinta pertama Ichigo dan ibunya Luna.

 Dengan ekspresi serius di wajahnya, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Ichigo.

 “Hai Ichi…”

 Luna berkata,

 "Maukah kau menjadikanku kekasihmu?"
※ ※ ※ ※ ※

*Catatan:
 Ya, mimin sadar Luna terkadang mengatakan 'Ichigo-san' dan terkadang dia mengatakan 'Kugiyama-san' pada Chapter ini.

 Ketika berbicara tentang masa lalu ibunya, aku pikir dia ingin mengatakan 'Ichi' seperti ibunya, tetapi mereka belum akrab, dan 'Kugiyama-san' terlalu formal.  Itu sebabnya dia mengatakan 'Ichigo-san'.  Dan Saat berbicara dengan normal, dia menggunakan 'Kugiyama-san'.

 Ini hanyalah pendapatku. Jadi gw bisa aja salah…

~•~


Sebelumnya|Semua|Selanjutnya

Dukung kami

Related Posts